Fenomena Loncat Pagar Politisi, Potret Kemiskinan Ideologi

Fenomena Loncat Pagar Politisi, Potret Kemiskinan Ideologi

Tidak hanya itu, minimnya kader militan ini menjadikan mantan anggota partai lebih mudah berpindah dan berganti partai atau melakukan tindakan kontraproduktif terhadap partainya. Tantangan terdepan bagaimana terbentuk politik ideologi.

Akar persoalan yang membuat subur perilaku lompat pagar adalah fakta bahwa masyarakat memilih partai atau pemimpin berdasarkan citra yang transaksional, bukan ideologi. 

Namun, membangun politik ideologi tidak semudah membalikkan telapak tangan karena lemahnya proses kaderisasi di tingkat partai. Padahal selama politik ideologi tidak dimunculkan, maka pragmatisme akan berjalan terus.

Sikap partai politik yang tidak tegas atau terlalu melebarkan pintu masuk bagi pendatang tanpa melihat potensi kader partai yang sudah berkarir sejak lama, memunculkan pertanyaan mengenai loyalitas dan ideologi politik yang dianut. 

Dari pertanyaan tersebut, bila ditinjau dari orientasinya, partai ternyata tidak lagi memupuk kader potensial melalui proses kaderisasi, namun siapa saja yang berpotensi menang itu yang didukung. Oleh karena itu, wajar rasanya jika kondisi ini menimbulkan pragmatisme politik yang merongrong pandangan politisi di Indonesia.

Dari sudut pandang partai politik, sebaiknya ada konsekuensi logis terhadap fenomena kutu loncat ini. Karena sikap-sikap pragmatisme yang mereka ambil, tentu akan terjadi reduksi pemaknaan partai politik menjadi kendaraan politik semata. Selain itu, tujuan partai pun bergeser dari menjaring kader berkualitas menjadi mencari popularitas.

Pasca tereduksinya pemaknaan ini, menjadikan partai sebagai kereta tumpangan yang lemah dalam melakukan kontrol terhadap para kadernya. Fenomena kutu loncat pun meningkatkan kekuatan individualisme yang dapat menginjak-injak kekuatan partai yang umumnya lebih bersifat institusional dan kolektif.

Sehingga tujuan awal partai politik sebagai wadah aspirasi, medium penggemblengan calon pemimpin bangsa, dan lembaga yang turut membantu perwujudan cita—cita nasional, telah dikikis oleh fenomena kutu loncat para politisi yang memanfaatkan partai politik sebagai kendaraan politik dan pemuas hasrat politik sesaat saja.

Dampaknya pun bukan hanya dirasakan partai politik, namun akan menamatkan karir politik kader parpol yang merintis, memupuk kemampuan dan kualitas dirinya melalui sistem kaderisasi partai sehingga terputuslah mata rantai pembawa ideologi parpol yang seharus diletakkan pada singgasana yang paripurna. Salam Demokrasi. ***Penulis adalah Pengamat****

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: