Modal Utama Dahlan Iskan Besarkan JP, Kemarahan Terhadap Wartawan Rilis

Modal Utama Dahlan Iskan Besarkan JP, Kemarahan Terhadap Wartawan Rilis

 

DAHLAN Iskan Membesarkan JP (Jawa Pos)  penuh dengan lika –liku. Dia menyebut modal utamanya adalah kemarahan yang bergumul dan memuncak terhadap wartawan release.

Dahlan Iskan mengungkap apa saja kunci membesarkan JP terungkap ketika  dia bercerita seluk -beluk Jawa Pos dari awal sampai berada di tangannya. Saat ini, dia tidak lagi menjadi bagian Jawa Pos – media terbesar di Jawa Timur—akan tetapi  masih mau berbagi  kenangan masa-masa dia berjuang membesarkan JP dari keterpurukan.

Dahlan Iskan menolak anggapan publik yang menyebut jika  dirinya sebagai pendiri Jawa Pos. Pasalnya, koran itu telah berdiri sejak 1 Juni 1949. Pendirinya adalah seorang pengusaha bernama The Chung Sen atau Soeseno.  “Pendirinya Jawa Pos adalah seorang pengusaha yang ada kaitannya dengan bioskop yang tukan kirim filem ke bioskop,’’ungkap Dahlan Iskan dalam Program Beginu, Youtube Kompas.

Menurutnya, pengusaha pendiri Jawa Pos itu , sering sekali memasang iklan di koran. Itu membuat tahu seluk-seluk cara koran mencari uang dan akhir tertarik untuk mendirikan perusahaan media. Siapa The Chung Sen itu? Dahlan mengungkap, pengusaha itu, memiliki tiga orang anak dan tinggal di London.

Dahlan Iskan Bukan Pendiri

Sekitar tahun 80-an, pengusaha itu sudah berusia lanjut menginjak 90 tahun. Ketika itu The Chung Sen, meminta dua  orang anaknya kembali ke Indonesia untuk memimpin Jawa Pos tapi mereka menolak.  Saat itu, kondisi Jawa Pos yang sudah terpuruk semakin memburuk. Chung Sen memutuskan menjual Jawa Pos dan PT Gratifitti yang merupakan penerbit Majalah Tempo tertarik membelinya.

Saat proses peralihan kepemilikan tentu Tempo mencari figur orang untuk memimpin perusahaan yang baru mereka akuisisi. Komisaris dan direksi Tempo menemukan sosok Dahlan Iskan yang saat menjadi kepala Biro Tempo Jawa Timur. Sejak itu, resmilah Dahlan Iskan sebagai leader dalam membesarkan JP (Jawa Pos).

Dia kemudian menjadi orang nomor 1 di Jawa Pos pada tahun 1982, kala itu ia baru berusia 31 tahun.  ‘’Jadi  saya tidak menemukan (Jawa Pos), saya hanya mendapatkan,” sebutnya.

Proses Dahlan Iskan Membesarkan JP,  tantangan terbesarnya adalah  membawa perubahan di Jawa Pos, baik dari sisi jurnalisme maupun aspek bisnisnya.  Dia menuturkan, sejak dia menjadi Wartawan Tempo  di Jawa Timur, banyak amarah yang bergumul dalam diri terhadap nilai jurnalisitik Jawa Pos.

Ketika aktif sebagai wartawan,  dia tiap hari membaca Jawa Pos untuk mencari ide liputan yang ekslusif dan berbeda  untuk Majalah Tempo.  Dia tidak pernah menemukan berita yang punya nilai jurnalistik dan menjual di Jawa Pos kala itu.

 

Membesarkan JP Dengan Radikal

Menurutnya, wartawam Jawa Pos setiap hari sangat banyak memuat berita –berita realise atau hasil dari koferensi pers. ‘’saat itu saya bertanya, kalau begini berita media,  lalu di mana fungsi wartawannya?.’’

Ketika dia bercerita kepada Host Youtube,  Dahlan Iskan Membesarkan JP, modal dasarnya adalah kumpulan kemarahan ada dalam diri terhadap nilai jurnalistis wartawan Jawa Pos. Menariknya, ketika masih menjadi Wartawan Tempo, dia sempat berkhayal seandainya dia memimpin Jawa Pos maka akan melakukan ini, ini dan itu. Salah satunya memperbaiki kualitas jurnalistik wartawan dan memperbaiki kinerja dan daya juang wartawan dalam memburu berita. .

“Pada  kemudian hari pemilik dan direksi Tempo menyerahkan Jawa Pos kepada saya saat kemarahan sedang memuncak di kepala.   Kemarahan tentang kondisi jurnalis dan karya jurnalistik wartawan Jawa Pos yang tidak menjanjikan kehidupan.’’

Ketika Jawa Pos baru berada di tangannya, Dahlan langsung melakukan perubahan besar dan radikal.  Dia mengharukan  Para wartawan Jawa Pos berburu berita sendiri tanpa banyak mengandalkan rilis atau acara seremonial pemerintah.  Wartawan Jawa Pos harus bertindak dan bersikap sebagai pembuat berita bukan sebagai penulis berita apalagi sebagai penampung berita reliese.

‘’Sebuah perubahan dan kemajuan tidak bisa di raih jika tidak menjadi pembeda. Tidak mungkin saya membesarkan JP jika membiarkan wartawan realiese berkeliaran di dapur redaksi. Tidak mungkin bangkit kalau kita melakukan apa yang sudah orang lakukan. Ciri bangkitkan melanjutkan sesuatu yang baru,” imbuh dia,’’pungkas Dahlan Iskan,’’ pungkasnya. (yurdi yasri /wartawan Radar Palembang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: