Uhang Pandak, Manusia Pendek Misterius dari Kerinci yang Masih Jadi Teka-Teki

Manusia Pendek dari Kerinci yang Masih Jadi Teka-Teki-ist-
KERINCI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Di balik megahnya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), tersimpan sebuah legenda yang terus hidup dalam bisik-bisik warga setempat, Uhang Pandak, makhluk misterius yang digambarkan sebagai manusia bertubuh pendek dengan tinggi sekitar 80–100 cm.
Kisahnya telah diwariskan dari generasi ke generasi, dan hingga kini masih menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat dan kalangan peneliti.
Uhang Pandak, yang secara harfiah berarti "orang pendek" dalam bahasa Kerinci, disebut-sebut mendiami hutan-hutan lebat dan perbukitan di kawasan Gunung Kerinci.
Masyarakat adat percaya bahwa makhluk ini bukan hewan, melainkan manusia penghuni hutan yang menjaga wilayahnya dengan sangat tertutup dan sensitif terhadap kehadiran orang luar.
BACA JUGA:Sambut Kepulangan Jemaah Haji Kloter 20 BTH, Wagub Sani: Insya Allah Jadi Haji Mabrur
BACA JUGA:Nah! Polsek Tebing Tinggi Tangkap 3 Maling Motor, Ada Warga Lampung dan Riau
Menurut berbagai cerita warga, Uhang Pandak memiliki tubuh berotot, wajah menyerupai manusia purba, dan berjalan tegak seperti manusia biasa. Kulitnya kecokelatan, rambutnya lebat, dan langkahnya cepat serta senyap.
Beberapa warga bahkan mengklaim pernah melihat jejak kaki kecil dengan lima jari di lumpur hutan atau mendengar suara aneh menyerupai desahan dari balik semak.
“Kadang mereka terlihat sekilas di pinggir sungai atau saat kabut turun,” ujar salah satu warga Desa Lempur, kawasan yang dikenal sebagai ‘pintu gerbang’ ke hutan habitat Uhang Pandak. “Kalau kita diam dan tak mengganggu, katanya mereka tak akan muncul.”
Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah kuat mengenai keberadaan Uhang Pandak. Namun, banyak ekspedisi ilmiah yang telah dilakukan, termasuk oleh peneliti dari luar negeri.
BACA JUGA:Puluhan Anak di Kecamatan Geragai, Ikuti Khitanan Massal SKK Migas PetroChina
BACA JUGA:California Hadapi Kebakaran Hutan Terhebat Tahun Ini! Jambi Siapkan Heli Water Boombing
Salah satunya adalah expedisi oleh tim dari National Geographic, yang menaruh perhatian pada kemiripan legenda Uhang Pandak dengan Homo floresiensis — spesies manusia purba bertubuh pendek yang ditemukan di Flores.
Bagi masyarakat adat Kerinci, Uhang Pandak bukan sekadar cerita horor atau dongeng pengantar tidur. Ia dianggap bagian dari alam yang harus dihormati, bukan diburu atau dieksploitasi.
Keberadaannya dipercaya sebagai penjaga ekosistem, dan siapa pun yang berniat jahat terhadap hutan, konon akan ‘diusir’ oleh makhluk ini.
Beberapa ahli antropologi menyebut mitos ini sebagai bagian dari local wisdom (kearifan lokal) yang berfungsi menjaga kelestarian hutan.
BACA JUGA:Yuk Kenali Cara Menemukan dan Mengembangkan Hobi Anak Sejak Dini
BACA JUGA:Polisi Tangkap 2 Warga Legok Kota Jambi, Sita 29 Paket Sabu
Namun, tak sedikit pula yang percaya bahwa Uhang Pandak bisa saja benar-benar ada, sebagai spesies manusia liar yang berhasil bertahan di belantara TNKS selama ribuan tahun.
Uhang Pandak kini menjadi simbol identitas budaya dan misteri alam Kerinci. Banyak wisatawan dan peneliti datang ke kawasan ini bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena penasaran dengan kisah si manusia pendek.
Bagi dunia luar, Uhang Pandak adalah cerita mistis yang memikat. Tapi bagi warga Kerinci, ia adalah bagian dari kehidupan, legenda yang harus dijaga dan dihormati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: