Perkumpulan Hijau: Perusahaan Tambang Pemasok PLN Hancurkan Kehidupan Orang Rimba di Batanghari

Perkumpulan Hijau: Perusahaan Tambang Pemasok PLN Hancurkan Kehidupan Orang Rimba di Batanghari

Perusahaan Tambang Pemasok PLN Hancurkan Kehidupan Orang Rimba di Batanghari-Ist/jambi-independent.co.id-

“Kalau Gubernur sekarang diam dan membiarkan masalah ini berlarut, patut kita curigai, ada apa?” kata Feri.

Menurutnya, sebagai kepala daerah, Gubernur Jambi merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat harus bersikap tegas.

BACA JUGA:HP Oppo Reno 5 5G Turun Harga Jelang Lebaran, Lensa Utama Beresolusi 64 MP

BACA JUGA:Harga Samsung Galaxy S23 Ultra Turun hingga Rp 1 Jutaan, Cek Disini Spesifikasinya

“Jangan biarkan masyarakat menderita, hanya karena pemerintah mendapatkan pendapatan daerah dari tambang batubara dan sawit.”

Feri meminta agar semua izin tambang batubara di Jambi dievaluasi, terutama tambang batubara di wilayah Koto Boyo yang telah menghancurkan ruang hidup SAD.

“Kita juga minta Inspektur Tambang, yang seharusnya mengawasi tambang di Jambi dibubarkan, karena tidak ada gunanya. Mereka hanya datang ke tambang seperti preman.”

Sementara Tumenggung Jelitai, kelompok Orang Rimba di Padang Kelapo yang ikut jadi korban PT SDM mengatakan akibat konflik berkepanjangan, kelompoknya pindah ke wilayah Sungai Geger, tetapi konflik dengan PT Adimulia Palmo Lestari—perkebunan sawit.

BACA JUGA:Harga iPhone XR Turun Harga di iBox Jelang Lebaran, Cek Spesifikasinya

BACA JUGA:Angsuran KUR BRI Rp 50 Juta Cicilan Perbulan Sangat Rendah, Cek Disini

Sebagian menempati pemukiman yang dibangun pemerintah di wilayah Padang Kelapo, tetapi banyak yang tak betah.

“Sekarang kemano kami nak pindah, semua sudah masuk izin PT. Wilayah kami itu sudah tidak ado lagi. Sekarang kami tekepung,” katanya. 

Ada 9 kelompok orang rimba yang tinggal di konsesi PT SDM: Minang, Nyenong, Ngelembo, Ngelambu, Girang, Menah, Jelitai, Meraman, Nguyup. Totalnya lebih seribu orang. Konflik dengan SDM membuat mereka tersingkir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: