Cerita Irman, Warga Desa Penawar yang 25 Tahun Mengabdi Honorer K2 Tak Lulus PPPK Kerinci

Cerita Irman, Warga Desa Penawar yang 25 Tahun Mengabdi Honorer K2 Tak Lulus PPPK Kerinci

Cerita Irman, Warga Desa Penawar yang 25 Tahun Mengabdi Honorer K2 Tak Lulus PPPK Kerinci-Saprial/jambi-independent.co.id-

KERINCI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Inilah sosok Irman, pria 54 tahun asal Desa Penawar, Kecamatan Sitinjau Laut, KERINCI, yang telah mengabdikan dirinya sebagai tenaga honorer di SD 154 Sungai Renah Kayu Aro Kabupaten KERINCI

Pria 54 tahun ini saat ini sedang bersedih hati lantaran pengabdiannya selama 25 tahun mengajar sebagai guru hingga masuk sebagai K2 tak dihargai oleh pemerintah. 

Kepada jambi-independent.co.id, Irman menceritakan bagaimana dirinya harus berjuang untuk bisa menjadi abdi negara sebagai seorang guru honorer sejak tahun 2005 lalu hingga saat ini.

Perjuangan yang melelahkan dengan harapan bisa diangkat menjadi tenaga guru PPPK di Kerinci tahun 2023 karena K2 menjadi prioritas pengangkatan.

BACA JUGA:Terkait Kecurangan Peserta Seleksi PPPK di Tebo, Ketua KAD Provinsi Jambi Minta Usut Tuntas Secara Hukum 

BACA JUGA:Bolehkah Terlalu ‘Ngepush’ Diri Sendiri? Perhatikan 3 Dampak Berikut Ini

Namun harapan itu sirna saat dirinya mendapati pengumuman kelulusan dirinya sudah tidak lagi masuk dalam daftar K2 prioritas. 

Irman menceritakan dirinya tiap hari harus menempuh jarak yang cukup jauh yakni sekitar 42 KM untuk bisa mencapai lokasi di mana dirinya mengabdikan dirinya sebagai guru honorer, dengan tenaga yang masih tersisa hingga saat ini masih tetap mengabdi

“Saya sudah 25 tahun menjadi guru honorer, sejak 2005 sampai saat ini, saya daftar tes seleksi PPPK sebagai pelamar K2,” katanya.

Dirinya menceritakan bagaimana dirinya harus berjuang untuk bisa sampaikan ke lokasi SD Sungai Renah demi mengajarkan anak-anak di SD tersebut.

BACA JUGA:Ketahuan Curang, 28 Peserta Seleksi PPPK di Kabupaten Tebo Digugurkan 

BACA JUGA:Catatan Polri Selama 2023, 146 Korban Jatuh Akibat 199 Aksi Serangan KKB

Guru Pendidikan Agama Islam ini harus menempuh jarak puluhan KM untuk sampai di Kayu Aro, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 2 km karena saat itu jalan masih tanah saat hujan kendaraan tidak bisa melewatinya.  

“Tidak mudah perjuangan saya untuk mengajar, sudah 25 tahun jadi guru honorer terdaftar sebagai K2 tapi tidak lulus PPPK, yang lulus justru mereka yang baru honorer setahun dua tahun yang lulus. Saya diberlakukan tidak adil, padahal nilai tes tinggi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: