Cerita Rakyat Sumatera Utara: Putri Ular

Cerita Rakyat Sumatera Utara: Putri Ular

Ilustrasi ular. Cerita rakyat Sumatera Utara tentang Putri Ular.-ist/jambi-independent.co.id-freepik.com

Pesta pernikahan akan dilaksanakan bulan depan. Putri ingin tampil cantik pada hari pernikahannya. Untuk itu, dia rajin merawat diri.

Tiap hari, dia mandi di danau kecil di belakang istana. Air mandinya dicampur dengan aneka bunga. Dengan dibantu dayang-dayangnya, Putri bisa mandi tiga kali dalam sehari.

Suatu sore, seperti biasa Putri mulai mandi. Tiba-tiba, ada seekor burung melintas cepat di atas kepalanya. Karena terkejut, Putri berteriak sambil mendongak.

BACA JUGA:PETI di Sarolangun Masih Aktif, 2 Warga Sumatera Selatan Tertimbun Longsor Sehari Jelang Idul Adha 2023

BACA JUGA:Ini 5 Zodiak Pemaaf Namun Sulit Melupakan Kesalahan Orang Lain

Tak dinyana, burung itu malah mematuk hidungnya. Putri tak sempat menghindar. Darah pun berceceran dari hidungnya.

”Aduhh... hidungku!” teriak Putri. Sambil memegang hidungnya yang berdarah, Putri menangis dan kembali ke kamarnya.

Putri tersedu-sedu. Dia merasa kecewa karena tak bisa menjaga kecantikannya. ”Mana mau raja muda itu menikahi wanita berhidung buruk begini?” isaknya.

Ratu tersenyum mendengar ucapan Putri. ”Jangan khawatir. Jika sang raja muda memang mencintaimu, luka kecil ini pasti tak jadi masalah,” kata Ratu.

BACA JUGA:5 Zodiak yang Sangat Menjaga Harga Diri, Yakin dengan Potensi yang Dimiliki

BACA JUGA:Mediasi Dengan Ketua RT Buntu, Heboh Dewi Perssik Marah dan Menangis Gegara Sapi Kurban

”Luka kecil? Ini bukan luka kecil, Bu! Luka ini pasti membekas dan berwarna hitam!” teriak Putri dengan marah. Setelah terdiam sejenak, tiba-tiba Putri berkata, ”Barangkali lebih enak menjadi ular. Kulitnya tebal dan bersisik. Luka sedikit pasti tak akan kelihatan.”

Sebelum Ratu sempat menjawab, tiba-tiba langit bergemuruh. Ratu dan Putri ketakutan. Mereka saling berpelukan.

”Anakku, apa yang terjadi padamu!” teriak Ratu panik. Ternyata, Putri berubah menjadi ular besar dengan kulit kasar dan bersisik, persis seperti yang diharapkan oleh Putri.

Ratu menangis. Dia menyesali perkataan putrinya yang diucapkan secara sembrono. ”Anakku, bukankah sudah berulang kali Ibu mengingatkanmu agar menjaga ucapanmu?” isaknya sedih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: