Stres Kerja Pada Staf Puskesmas Mendahara Di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021

Stres Kerja Pada Staf Puskesmas Mendahara Di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021

Ilustrasi Covid-19. Pemerintah telah resmi mengakhiri penanganan Covid-19.-ist/jambi-independent.co.id-

NASKAH PUBLIKASI

STRES KERJA PADA STAF PUSKESMAS MENDAHARA DI SITUASI PANDEMI COVID 19
TAHUN 2021

OLEH RAHADI PRATAMA
NIM: 1613201039

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI
2022
 
STRES KERJA PADA STAF PUSKESMAS MENDAHARA DI SITUASI PANDEMI COVID 19
TAHUN 2021

Rahadi Pratama1, Entianopa 2, Eko Mirsiyanto 3

1,2,3Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu


Alamat Korespondensi :


Nama    : Rahadi Pratama
Email    : [email protected]
 
LEMBAR PENGESAHAN PUBLIKASI PENELITIAN ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI INI TELAH DISETUJUI DAN DIPERIKSA OLEH TIM EDITOR STIKES HARAPAN IBU JAMBI

Jambi,  Juni 2022

Editor

Entianopa, SKM.,M.Kes
 
Stres Kerja pada Staf Pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021

Work Stress on Mendahara Health Center Service Staff in the Covid-19 Pandemic Situation in 2021

Rahadi Pratama1, Entianopa 2, Eko Mirsiyanto 3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapa Ibu Jambi, Jambi

*Korespondensi Penulis : [email protected]

ABSTRAK

Juru bicara penanganan virus corona (Covid-19) Kementerian kesehahatan, sekretaris direktorat jendral pencagahan dan pengandalian penyakit perihal penannganan covid-19 di Indonesia soal beban emosional yang kini dirasakan oleh staf medis yang menghadapi langsung wabah virus corona. Dampak negatif sangat mungkin menimbulkan stress. Tujuan penelitian untuk mengetahui stres kerja pada staf pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021.

Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah staf pelayanan Puskesmas Mendahara tahun 2020 yang berjumlah 27 orang. Sampel secara total sampling yang berjumlah 27 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian secara univariat menunjukkan sebagian besar (48,1%) responden bekerja shift pagi, (85,2%) responden bekerja < 8 jam perhari, (81,5%) responden beban kerja sedang dan (70,4%) responden kebal terhadap stress kerja. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara shift kerja terhadap stress dengan p- value = 0,010 dan beban kerja terhadap stress dengan p-value = 0,006. Sedangkan jam kerja tidak memiliki hubungan terhadap stress kerja dengan p-value = 0,334. Diharapkan adanya kebijakan yang relevan untuk mengurangi beban kerja pada perawat puskesmas, seperti tidak memberikan pekerjaan yang  diluar kemampuannya, mengurangi jumlah kerja yang dimiliki perawat, memberikan jadwal shift kerja yang sesuai, menambah jumlah perawat di tiap-tiap puskesmas dan memberikan arahan tentang standar operasional kerja yang sesuai dengan pekerjaan sebagai perawat.

Kata Kunci    : Shift Kerja, Jam Kerja, Beban Kerja, Stress

Abstract
Spokesperson for handling the corona virus (Covid-19) of the Ministry of Health, secretary of the directorate general of prevention and disease control regarding the handling of covid-19 in Indonesia regarding the emotional burden now felt by medical staff who are directly facing the corona virus outbreak. Negative impacts are very likely to cause stress. The purpose of the study was to determine work stress on the service staff of the Mendahara Health Center in the Covid-19 Pandemic Situation in 2021.
 
Analytical research with cross sectional approach. The population in this study was the service staff of the Mendahara Health Center in 2020, amounting to 27 people. The total sample is 27 people. The study was conducted in May 2021. Data were analyzed univariately and bivariately.

The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between work shift and stress with p-value = 0.010 and workload on stress with p-value =
0.006. While working hours have no relationship to work stress with p-value = 0.334.

It is hoped that there will be relevant policies to reduce the workload of puskesmas nurses, such as not providing jobs that are beyond their capabilities, reducing the number of jobs nurses have, providing appropriate work shift schedules, increasing the number of nurses in each puskesmas and providing direction on work operational standards. suitable for work as a nurse.

Keywords: Shift Work, Working Hours, Workload, Stress

PENDAHULUAN
Virus corona merupakan bencana dunia. Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Virus ini bukan lagi berbahaya, namun sungguh mematikan dan menyerang manusia dan menyebar melalui udara dari satu orang yang sudah terkena virus ini ke orang lain yang memiliki daya tahan lemah. Sehingga penyebaran virus corona ini sangat mudah dan cepat (Adelbertus, 2020). Juru bicara penanganan virus corona (Covid-19) Kementerian kesehahatan, sekretaris direktorat jendral pencagahan dan pengandalian penyakit perihal penannganan covid-19 di Indonesia soal beban emosional yang kini dirasakan
oleh staf medis yang menghadapi langsung wabah virus corona (Yurianto, 2020).

Dampak negatif sangat mungkin menimbulkan stress. Stress tersebut bisa dialami oleh siswa/mahasiswa yang biasa belajar di sekolah maupun kampus, serta karyawan/pekerja yang biasa bekerja di kantor maupun perusahaan. Kuantitas tuntutan yang diberikan dan kejenuhan, serta kekhawatiranakan di- PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat mereka bekerja dapat menyebabkan stress tersendiri (Muslim, 2020)
Faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, berdebu, bau, suhu, panas, lembab dan lain-lain), stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan berisiko tinggi dan berbahaya,
 
pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pasa jenis pekerjaan baru dan lain-lain. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggungjawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik (Tarwaka, 2004).

Akibat tekanan pekerjaan yang banyak dan persaingan yang ketat maka stres tidak dapat dihindarkan diantara eksekutf muda. Mati perlahan-lahan gaya jepang akibat beban stres yang tidak dapat dipikul oleh kamampuan tubuh. Banyak diantara mereka yang meninggal di tempat kerja setelah mengalami kelelahan fisik dan mental yang berkepanjangan (Hawari, 2013).

Menurut Tarwaka (2004) dalam keadaan stress atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan yang diterima yang terkadang mempengaruhi kebiasaan seseorang. Sebagai contoh perubahan kebisaan untuk merokok, minum-minuman keras dan pengunaan obat-obat terlarang. Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala, susah tidur (insomnia), gangguan fisiologis lainnya dapat berupa hipertensi, sakit ginjal, serangan jantung, maag, menurunnya daya tahan tubuh dan lain-lain.

Hasil survey awal di Puskesmas Mendahara terhadap 10 petugas kesehatan dapat melakukan tugasnya jam pelayanan kesehatan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 mengalami perubahan seperti warga yang akan berobat diarahkan menunggu di luar gedung dengan pemberlakuan Physical Distancing dan jam pelayanan bertambah sampai malam hari pada Puskesmas yang tidak melayani pasien rawat inap. Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan staf puskesmas merasa lelah dan merasa bosan dengan tuntutan beban kerja. Petugas kesehatan datang tiap dateng tiap hari dengan tingkat absensi normal. Runtutan dampak mewabahnya Virus COVID-19 jelas menimbulkan dampak bagi keadaan psikologis individu baik disadari maupun tidak, khususnya pada petugas kesehatan sebagai garda depan menghadapi pasien. Kumpulan dari gejala-gejala kecemasan yang dirasakan hendaknya harus segera diminimalisir dengan penyikapan yang baik.
 
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui stres kerja pada staf pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah staf pelayanan Puskesmas Mendahara tahun 2020 yang berjumlah 43 orang. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh staf pelayanan Puskesmas Mendahara tahun 2020 yang berjumlah 43 orang. Proses penelitian ini akan dilakukan pada bulan April Tahun 2021 di Puskesmas Mendahara. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 13 responden (48,1%) shift pagi, sebanyak 23 responden (85,2%) < 8 jam perhari, sebanyak 22 responden (81,5%) beban kerja sedang dan sebanyak 19 responden (70,4%) kebal stress (tabel 1). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara shift kerja terhadap stress dengan p-value = 0,010 dan beban kerja terhadap stress dengan p- value = 0,006. Sedangkan jam kerja tidak memiliki hubungan terhadap stress kerja dengan p-value = 0,334(tabel 2).

Pembahasan

Hubungan Shift Kerja Terhadap Stress Kerja Pada Staf Pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021

Hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh p-value (0,010) < α (0,05), hal ini berarti terdapat hubungan antara shift kerja terhadap stress kerja pada staf pelayanan Puskesmas Mendahara di situasi pandemi Covid 19.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Faiqoh Indah Prismayanti (2010) bahwa Shift kerja pada dasarnya merupakan merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja pada perawat rawat inap. Uji Spearman didapatkan p < 0,000 maka H1 diterima, artinya terdapat hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada perawat rawat inap RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

Stres kerja dapat terjadi karena tidak adanya dukungan sosial yang mana bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Sehingga cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya  dukungan  sosial  yang  menyebabkan  ketidaknyamanan  menjalankan
 
pekerjaan dan tugasnya. Begitu pula dengan manajemen kantor yang tidak sehat seperti pembagian shift kerja, pembagian tugas kerja, dan rotasi kerja. Maka seseorang tidak akan leluasa menjalankan pekerjaannya yang pada akhirnya dapat menimbulkkan stres kerja.

Kerja shift/kerja malam sering kali menyebabkan kelelahan bagi para pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan. beban kerja berlebihan dan beban kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Shift kerja pada dasarnya merupakan merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada staf pelayanan kesehatan di puskesmas untuk mengerjakan sesuatu oleh puskesmas dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Seorang perawat yang bekerja di puskesmas bisa mengalami stres kerja jika aspek- aspek yang ada dalam pelaksanaan shift kerja seperti aspek fisiologis, psikologis, kinerja, domestik dan sosial tidak bisa diatur dengan baik.

Shift kerja dapat menghilangkan kejenuhan karena terjadinya pertukaran jam kerja sehingga tidak menyebabkan kejenuhan terhadap jam masuk kerja dari hari ke hari. Shift kerja masing-masing waktu memiliki kelebihan dan kekurangan bagi pegawai puskesmas itu sendiri. Pentingnya pembagian shift kerja yang harus disesuaikan dengan beban kerja dan lama kerja sehingga pembagian shift tersebut tidak menimbulkan stress kerja yang berdampak pada kinerja.

Hubungan Jam Kerja Terhadap Stress Kerja Pada Staf Pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021
Hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh p-value (0,334) > α (0,05), hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara jam kerja terhadap stress kerja pada staf pelayanan Puskesmas Mendahara di situasi pandemi Covid 19.

Hasil penelitian di atas terlihat bahwa jam kerja pada staf pelayanan puskesmas tidak menimbulkan stress dalam bekerja karena disamping jarang terjadinya jam kerja yang lama karena sudah ada pembagian shift, biasanya jam kerja yang lama memiliki beban kerja yang ringan agar beban kerja tersebut tidak menyebabkan staf mengalami stress kerja.
 
Jam kerja di puskesmas tidak berpengaruh terhadap stress karena hampir seluruh staf pelayanan kesehatan di puskesmas memiliki jam kerja yang normal dan tidak lembur karena tidak ada target produksi melainkan memberikan jasa pelayanan ksehatan. Pemberian jasa pelayanan kesehatan menggambarkan adanya sistem tunggu pasien yang datang sehingga dlaam pemenuhan kebutuhan pasien yang datang hanya dilakukan berdasrkan shift kerja tidak dengan menambah jam kerja atau lembur.

Pentingnya pembagian shift dan jam kerja yang relevan dengan kemampuan staf pelayanan puskesmas terhadap beban kerja yang dikerjakannya, maka perlu mengurangi jam kerja yang padat ditempat kerja dengan cara menambah perawat di tempat kerja dan memberikan kesempatan perawat untuk berkomunikasi dengan sesama rekannya untuk menceritakan pengalaman- pengalamannya ketika menjalani peran sebagai perawat dan peran sebagai pengurus keluarga, sehingga perawat merasa konflik peran yang dimilikinya tidak menjadi sumber yang menyebabkan stres kerja.pengurus keluarga, sehingga perawat merasa konflik peran yang dimilikinya tidak menjadi sumber yang menyebabkan stres kerja.

Hubungan Beban Kerja Terhadap Stress Kerja Pada Staf Pelayanan Puskesmas Mendahara di Situasi Pandemi Covid 19 Tahun 2021

Hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), diperoleh p-value (0,006) < α (0,05), hal ini berarti terdapat hubungan antara beban kerja terhadap stress kerja pada staf pelayanan Puskesmas Mendahara di situasi pandemi Covid 19. Beban berlebihan secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebihan kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tetap dan cermat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma Refianti Manaf (2019) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja memiliki nilai sig-p 0,010 < 0,05, yang menunjukkan bahwa memiliki pengaruh terhadap stres kerja perawat puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue.  Banyaknya  beban  pekerjaan  tersebut  menimbulkan  beban  yang
 
berdampak munculnya stres dengan sejumlah dampak yang tidak menguntungkan, seperti kepuasan kerja yang menurun, meningkatnya keluhan psikologis dan fisik. Secara umum, kondisi ini berkeitan dengan tuntutan pelayanan maksimal yang kontinu dan sistematik

Dari aspek tugas seperti kondisi kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan memengaruhi beban kerja pegawai puskesmas. Dalam melakukan pekerjaanya, staf pelayanan puskesmas sangat membutuhkan konsentrasi tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan karena petugas tidak dapat melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa. Beban kerja berlebih dapat dilihat dari banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh staf pegawai puskesmas, desakan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang diharapkan selesai dengan secepat mungkin dan adanya pekerjaan tertentu yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini disebabkan karena banyaknya pasien yang datang sehingga tuntutan untuk mengerjakan perkerjaan harus cepat namun dapat menghindari kesalahan dalam pekerjaan.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa semakin berat beban kerja maka staf pelayanan puskesmas berisiko mengalami stress dalam bekerja sebaliknya semakin ringan beban kerja maka risiko stress dalam bekerja semakin kecil pengaruhnya terhadap kinerja staf pelayana puskesmas itu sendiri.

Beberapa kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi staf pegawai puskesmas diantaranya adalah beban kerja. Seseorang dikatakan stres apabila mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan merespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, stres ini didapat dari lingkungan, kondisi diri dan fikiran. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik, mental dan emosional seperti sakit kepala, dan mudah marah yang merupakan gejala stres.
Pentingnya keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan staf pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya stress dalam bekerja karena beban kerja dirasakan lebih berat dibandingkan kemampuan dirinya dalam penyelesaian tugas pekerjaan yang dibebankan. Beban kerja yang berat serta tuntutan penyelesaian yang cepat dapat memicu terjadinya stress pada staf pelayanan kesehatan di puskesmas sehingga pentingnya dilakukan upaya menja
 
keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan yang dimiliki staf pelayanan sehingga tidak akan berdampak pada kinerjanya yang kurang baik akibat dampak negatif dari stess.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (48,1%) shift pagi, (85,2%) < 8 jam perhari, (81,5%) beban kerja sedang dan (70,4%) kebal stress. shift kerja dan beban kerja merupakan variabel yang berhubungan dengan stress kerja. Sedangkan jam kerja merupakan variabel yang tidak berhubungan dengan stress kerja.
SARAN

Diharapkan adanya kebijakan yang relevan untuk mengurangi beban kerja pada perawat puskesmas, seperti tidak memberikan pekerjaan yang diluar kemampuannya, mengurangi jumlah kerja yang dimiliki perawat, memberikan jadwal shift kerja yang sesuai, menambah jumlah perawat di tiap-tiap puskesmas dan memberikan arahan tentang standar operasional kerja yang sesuai dengan pekerjaan sebagai perawat.

DAFTAR PUSTAKA.

Adelbertus, 2020. Corona dalam Keping Ingatan Dunia. Jakarta: penerbit Loka Media
Hawari, 2013. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Penerbit FK-UI. Jakarta.

Muslim, 2020. Manajemen Stres pada mas Pandemi Covid 19. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 23 No. 2

Tarwaka,    2004.    Ergonomi    Untuk    Keselamatan,    Kesehatan    Kerja    dan Produktivitas Kerja. Penerbit Uniba Press Surakarta

Yurianto, 2020. Dampak Psikologi Akibat Virus Corona Sudah Terasa. Terdapat dalam https://www.tribunnews.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: