BI : Resesi di Depan Mata, Kami Waspada
Indonesia tetap harus waspada dalam menghadapi tantangan resesi ekonomi global ke depan-Ilustrasi Foto: Ricardo-JPNN.com
JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Resesi global menjadi momok menakutkan masyarakat dunia saat ini.
Lalu bagaimana posisi Indonesia saat ini? Apakah masih dalam kondisi aman?
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan Indonesia tetap harus waspada dalam menghadapi tantangan resesi ekonomi global ke depan.
Hal ini disampaikannya dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.39 September 2022 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022.
BACA JUGA:Sri Mulyani Berhasil Kumpulkan Rp Rp 82,85 Miliar Pajak Kripto Selama 4 Bulan
BACA JUGA:Kemenkes Tegaskan Gagal Ginjal Akut Tak Ada Hubungan dengan Vaksin Covid 19
Kata Destry Indonesia harus waspada meski seluruh sendi perekonomian optimistis cukup baik seperti dikutip dari JPNN.com
"Kami waspada karena gejolak, volatilitas, ataupun tekanan yang terjadi di ekonomi global setidaknya akan masuk mempengaruhi ekonomi Indonesia," ungkap Destry
Indonesia, kata Destry, memiliki daya dukung ekonomi yang cukup bervariasi dan solid, ditambah Indonesia mempunyai potensi domestik yang cukup kuat, baik didukung dengan konsumsi masyarakat hingga potensi lainnya yang luar biasa.
Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik, di mana perekonomian pada kuartal kedua 2022 masih bisa tumbuh di atas lima persen dan diperkirakan untuk sepanjang 2022 akan tumbuh di antara 4,5-5,3 persen.
BACA JUGA:Jangan Sering Gigit Kuku, Ini Bahayanya untuk Kesehatan
BACA JUGA:Gangguan Ginjal Akut Bisa Sembuh, Ini Penjelasan Kemenkes
Destry mengatakan dukungan masih cukup kuat dari konsumsi, investasi, dan ekspor, yang keseluruhannya menopang perbaikan perekonomian.
"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022 sangat cukup kuat," tegas Destry.
Namun, Indonesia turut mengalami peningkatan inflasi seperti negara lain, contohnya pada September 2022 sedikit meningkat.
Masih dalam batas toleransi, yakni 5,95 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Salah satu penyumbang inflasi yang terbesar adalah inflasi di sektor pangan atau volatile food yang dalam dua bulan terakhir sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan," ucap dia.
BACA JUGA:Makin Terpojok, Rupiah Terpuruk di Rp 15.581
BACA JUGA:Keluarganya Kembali Harmonis, Lesti Kejora dan Rizky Billar akan Gelar Syukuran Oleh karena itu, BI menekankan sinergi kebijakan dalam menangani stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi sangat diharapkan, khususnya untuk penanganan inflasi.
Pemerintah pun membentuk Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPIP dan TPID), juga menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com