IMF Sampaikan Perlambatan Ekonomi Global
Dana Moneter Internasional (IMF) membeberkan proyeksi ekonomi global-Ilustrasi-Pixabay
JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Hingga saat ini,kondisi ekonomi global sedang tidak baik baik saja.
Hal inipun menjadi warning bagi negara negara yang ada di dunia termasuk Indonesia.
Baru baru ini, Dana Moneter Internasional (IMF) membeberkan proyeksi ekonomi global.
Dalam laporan WEO terbaru, IMF memperkirakan perekonomian global berada pada kisaran 3,2 persen pada 2022, dan melambat hingga 2,7 persen di 2023, atau menurun 0,2 persen dibandingkan outlook pada Juli 2022.
BACA JUGA:Macet Parah di Km 13 Desa Pondok Meja, Warga Sebut Ini Sebagai Penyebabnya
BACA JUGA:Dandim 0415/Jambi: TMMD ke-15 Harus Dirasakan Manfaatnya oleh Masyarakat
Economic Counsellor IMF Pierre-Olivier Gourinchas memproyeksikan perlambatan ekonomi global terus terjadi hingga 2023 seperti dikutip dari JPNN.com
Hal itu terjadi seiring dengan belum membaiknya kondisi geopolitik maupun tingginya tekanan inflasi dunia.
"Terdapat tiga tantangan yang mempengaruhi perlambatan, konflik di Ukraina, tekanan inflasi dan pelemahan ekonomi di China," kata Gourinchas dalam jumpa pers World Economic Outlook (WEO) di Washington DC, Selasa pagi waktu setempat.
Gourinchas menjelaskan sebagian besar negara mengalami kontraksi hingga tahun depan dengan perekonomian terbesar seperti AS, Uni Eropa, dan China akan melanjutkan tren perlambatan.
BACA JUGA:Ini Alasan Desa Kembang Seri Baru Jadi Lokasi TMMD ke-115 Kodim 0415/Jambi
BACA JUGA:Waktunya Borong, Harga Emas Pegadaian Turun Tajam
"Singkatnya, kemungkinan terburuk masih akan datang dan bagi sebagian besar orang, 2023 akan terasa seperti resesi," katanya.
Gourinchas mengatakan terdapat sejumlah mitigasi untuk menghadapi ketidakpastian global ke depannya, seperti memperkuat bantalan fiskal yang sudah terbukti bermanfaat selama krisis di masa pandemi.
Sebab, kebijakan fiskal harus bersinergi dengan kebijakan moneter, terutama dalam mengatasi potensi tingginya inflasi global yang diperkirakan meningkat hingga akhir 2022.
"Bertindak sebaliknya akan menghambat upaya pengendalian inflasi, memberikan risiko lebih lanjut, meningkatkan biaya dan mengganggu stabilitas sistem finansial," katanya.
BACA JUGA:Rizky Billar Curhat di Fitur Close Friend Instagram, Sindir Orang yang Menghujatnya
BACA JUGA:Atasi Insomnia dengan 4 Makanan Sehat Ini
Kemudian, upaya untuk mengatasi kenaikan harga energi harus dilakukan melalui koordinasi, agar pasokan dan permintaan tidak terganggu.
Selain itu, menyediakan insentif bagi masyarakat yang terdampak harga energi.
"Terakhir, mendorong upaya penguatan sumber daya manusia, digitalisasi, energi hijau, diversifikasi rantai pasokan sangat penting untuk membuat perekonomian lebih berdaya tahan ketika krisis sewaktu-waktu hadir kembali," ungkap Gourinchas. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com