Kapok Membela Ahok, Manuver Nasdem Menangkis 'Peluru' untuk Anies

Kapok Membela Ahok, Manuver Nasdem Menangkis 'Peluru' untuk Anies

Foto Anies Baswedan dan Surya Paloh-disway.id-disway.id

BACA JUGA:Mencoba Kabur Saat Diamankan, Polisi Tembak Pentolan Geng Motor Jambi
 
Nama Anies tidak muncul tiba-tiba. Nasdem menampung aspirasi kadernya dari seluruh Indonesia melalui rapat kerja nasional, Juni lalu.

Tiga puluh dua DPW Partai Nasdem dari seluruh Indonesia mengusulkan nama Anies Baswedan sebagai sosok yang dinilai paling tepat memimpin negara.

Hanya dua daerah yang tidak, yaitu DPR Nasdem Papua Barat dan Kalimantan Timur.

Kepada media, Surya Paloh sendiri pernah memberikan pengakuan jika partainya kapok membela Ahok.

BACA JUGA:Duh, Geng Motor Jambi Masih Berkeliaran, Akhirnya Pengangguran Ini Ditangkap Polisi

BACA JUGA:Polisi Beberkan Hasil Olah TKP Kecelakaan Maut di Dekat Trona, Bantah Korban Tewas Akibat Geng Motor Jambi

Pasalnya, gara-gara membela Ahok, Nasdem mendapat hukuman dari masyarakat dan dituding sebagai partai pembela penista agama.
 
Paloh mengaku itu adalah pukulan yang berat bagi partainya. Nasdem kehilangan banyak kursi di DPR dan DPRD.

Bahkan di Aceh, kampung halaman Surya Paloh sendiri, ada dua daerah pemilihan di mana partainya sama sekali tidak memiliki suara.
 
Nasdem sepertinya tidak mau lagi mengulangi kesalahan yang sama. Karena itu, terkait Pilpres 2024 ini, petinggi Partai Nasdem memutuskan untuk meminta masukan dari kadernya dari seluruh Indonesia.

BACA JUGA:Lagi, Polisi Tangkap 7 Anggota Geng Motor Jambi yang Bacok Warga, Umurnya Masih Belasan Tahun

BACA JUGA:Belum Sempat Tawuran, 3 Anggota Geng Motor Jambi Diamankan Polisi

Partai politik sejatinya haruslah menjadi jembatan dari suara rakyat. Bukan menjadi kendaraan bagi para petinggi partai melampiaskan ambisi dan nafsu politiknya.  

Partai politik juga memiliki kewajiban moral untuk mencari figur terbaik untuk memimpin Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat. Meski jikapun sosok itu bukan dari internal partai.

Nasdem sudah menabuh genderang, dan memacu gerbong perubahan itu.
 
For Indonesia,
why not the best…? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: