Presiden Sri Lanka Terpaksa Mengundurkan Diri Pasca Demonstrasi Besar Besaran di Negaranya

Presiden Sri Lanka Terpaksa Mengundurkan Diri Pasca Demonstrasi  Besar Besaran di Negaranya

Setelah aksi demo besar besaran oleh warga Sri Lanka,akhirnya Presiden Sri Lanka terpaksa mundur dari jabatannya. Foto : twitter--

JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID –Akhirnya Presiden Sri Lanka Rajapaksa mundur dari jabatannya. Pengunduran dirinya ini diumumkan setelah demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Kolombo, Sri Lanka pada Sabtu 9 Juli 2022.
 
Dalam demonstrasi besar-besaran menuntun mundurnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa ini akibat dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan di Sri Lanka.
Pemberitahuan mundurnya Rajapaksa di umumkan oleh Perdana Menteri Ranil Wickremesingh pada Senin 12 Juli 2022.
 
Dilasnir dari reuters.com, dari sumber kementrian pertahanan mengatakan bahwa Presiden Rajapaksa dipindahkan dari kediaman resmi pada hari Jumat untuk keselamatannya menjelang rapat umum yang akan digelar selama akhir pekan.
 
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada hari Sabtu mengundang pemimpin partai untuk melakukan pertemuan darurat dalam membahas situasi serta mencari solusi atas krisis Sri Lanka.
 
Wickremesinghe juga telah memanggil parlemen untuk ambil bagian dalam pertemuan darurat tersebut.
 
 
 
Pihak pemerintahan mengatakan bahwa Wickremesinghe sendiri juga telah dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
 
Tak hanya mendatangai rumah Rajapaksa, dalam aksi tersebut warga berhasil menduduki dan mengambil alih rumah dinas Keprisidenan tersebut. 
 
Akibat aksi domo besar-besaran menuntut mundurnya Presiden Rajapaksa, parlemen Sri Lanka telah melakukan rapat mendadak.
 
Ranil Wickremesingh mengungkapkan ¬bahwa sebenarnya pada Rabu 7 Juli 2022, Presiden Rajapaksa telah berencana untuk menyerahkan jabatannya.
 
Domostrasi terhadap Presiden Rajapaksa yang dilakukan oleh warga Sri Lanka ini tak hanya diikuti oleh warga yang tinggal di Kolombo, namun juga melakukan oleh warga diluar kota akibat krisis ekonomi yang terparah dalam 7 dekade yang terjadi dan tak kunjung usai.
 
Tak hanya rumah Presiden, massa juga mendobrak gerbang sekretariat Presiden yang berada di pinggir laut kota Kolombo.
 
Demonstran membuat pihak kepolisian dam militer kewalahan dan akhirnya menyerah hingga kahirnya warga dapat merebut rumah dinas kepresidenan.
 
Dalam aksi ini setidaknya 21 orang, termasuk dua Polisi terluka dan dirawat di rumah sakit.
 
Pulau berpenduduk 22 juta orang tersebut saat ini tengah berjuang dalam krisis ekonomi yang parah dan keterbatasan untuk import bahan bakar, makanan serta obat-obatan dimana krisis kali ini merupakan yang terburuk sejak kemerdekaannya pada tahun 1948.
 
Krisis terjadi setelah pandemi Covid-19 menghantam ekonomi yang bergantung pada pariwisata.
 
Selain itu juga pengiriman uang dari pekerja yang berada dari luar negeri juga ikut andil dalam krisis kali ini.
 
Sri Lanka saat ini mempunyai hutang luar negeri yang sangat banyak yang di perparah oleh kenaikan harga minyak dunia bahkan adanya larangan impor pupuk langsung melumpuhkan sektor pertaniannya.
 
Berbagai sektor terdampak akibat krisis ini, sebagaian besar penduduk Sri Lanka telah berpindah menggunakan sepeda karena tidak adanya pasokan minyak untuk kendaraan mereka.
 
Menurut Sampath Perera, seorang nelayan berusia 37 tahun yang ambil bagian dalam protes ini mengungkapkan bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa seharusnya menyerahkan tampuk pimpinannya sesegera mungkin.
 
 
 
"Kami tidak akan berhenti sampai Gota mendengarkan kami dan menyerahkan tampuk kekuasaan sehingga persoaalan ini segera diatasi," kata Perera.
 
Krisis Sri Lanka juga tak lepas dari ketidakstabilan politik negara tetangga dari India ini.
 
Bahkan akan mengancam pencairan dana bailout 3 miliar dolar Amerika dari Dana Moneter Internasional serta melakukan restrukturisasi beberapa utang luar negeri dan penggalangan dana dari sumber multilateral dan bilateral. (viz)
 
Artikel ini sudah tayang di disway.id
Dengan judul 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id