Sri Lanka Terancam Krisis Pangan, Perdana Menteri: Masyarakat Harus Menerima

Sri Lanka Terancam Krisis Pangan, Perdana Menteri: Masyarakat Harus Menerima

Negara Sri Lanka bangkrut akibat gagal bayar utang luar negeri-Pixabay -Pixabay.com

Di dekatnya, antrean panjang terbentuk di depan sebuah toko yang menjual tabung gas untuk memasak, yang harganya melonjak hingga hampir 5.000 rupee (sekitar Rp944 ribu) dari 2.675 rupee (Rp505 ribu) pada April.

“Hanya sekitar 200 tabung yang dikirim, padahal yang datang sekitar 500 orang,” kata Mohammad Shazly, sopir paruh waktu yang mengantre pada hari ketiga dengan harapan bisa memasak untuk keluarganya yang terdiri dari lima orang.

BACA JUGA:Mantan Jubir Covid-19 Achmad Yurianto Tutup Usia, Wiku Adisasmito Kenang Sosok Almarhum 

BACA JUGA:Turunkan Mobil Listriknya,DFSK Ikut Menyukseskan KTT G20

"Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan kita akan mati. Itu akan terjadi," kata dia.

Gubernur bank sentral mengatakan pada Kamis bahwa valuta asing telah diamankan dari pinjaman Bank Dunia dan pengiriman uang untuk membayar pengiriman bahan bakar dan gas untuk memasak, tetapi pasokan masih mengalir.

Inflasi bisa naik 40 persen dalam beberapa bulan ke depan tetapi sebagian besar didorong oleh tekanan sisi penawaran dan langkah-langkah oleh bank dan pemerintah sudah mengekang inflasi sisi permintaan, kata gubernur.

Inflasi mencapai 29,8 persen pada April dengan harga makanan naik 46,6 persen dibandingkan tahun lalu, dikutip dari jpnn.com. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jpnn.com