Harga Emas Melambung, Ini Penyebabnya

Harga Emas Melambung, Ini Penyebabnya

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Emas melambung pada Rabu, setelah Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, meyakinkan investor bahwa bank sentral akan melanjutkan kebijakan moneter yang akomodatif meski terjadi lonjakan inflasi.

Harga emas di pasar spot melesat sekitar 1 persen menjadi USD1.824,75 per ounce pada pukul 01.46 WIB, demikian dikutip dari laporan Reuters, Rabu (14/7) atau Kamis (15/7) dini hari WIB. Emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,8 persen menjadi USD1.825 per ounce.

Powell, dalam sambutan yang disiapkan sebelum memberikan kesaksian di hadapan Kongres, mengatakan pasar tenaga kerja Amerika “masih jauh” dari kemajuan yang ingin dilihat The Fed sebelum mengurangi dukungannya terhadap ekonomi, sementara inflasi yang tinggi saat ini akan mereda dalam beberapa bulan mendatang.

Data menunjukkan indeks harga konsumen dan harga produsen Amerika melonjak bulan lalu.

“Itu (komentar Powell) benar-benar memperkuat keyakinan bahwa meski data inflasi lebih panas, The Fed masih tetap berada di jalur yang cukup akomodatif,” kata Edward Moya, analis OANDA.

Rabu, investor juga menyambut komentar pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) bahwa pihaknya tidak akan melakukan pengetatan terlalu dini.

“Kita akan melihat lebih banyak sinyal dovish dari ECB dan People’s Bank of China, yang seharusnya memberikan dukungan terhadap dolar, tetapi ini masih merupakan kabar baik bagi stimulus trade dan itu akan sangat positif untuk emas, ” ucap Moya.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga Amerika, yang meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan bunga.

Depresiasi dolar, yang mengembalikan daya pikat emas kepada pemegang mata uang lainnya, dan penurunan imbal hasil US Treasury, menambah dukungan lebih lanjut.

TD Securities juga mengatakan sejumlah fund China mungkin membeli emas saat melemah baru-baru ini, dengan pembelian fisik juga memberikan dukungan.

Logam lainnya, paladium naik tipis 0,2 persen menjadi USD2.833,50 per ounce, sementara platinum melonjak 2,3 persen menjadi USD1.130,01 per ounce, sementara perak naik 0,8 persen menjadi USD26,18 per ounce.

HSBC mengatakan, meski memperkirakan platinum menjadi surplus kecil tahun ini, harga akan tetap kuat sebagian besar didorong meningkatnya permintaan mobil dan rata-rata USD1.160 per ounce pada 2021. (git/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: