Geopark Merangin: Antara Kebanggaan Global dan Penderitaan Lokal
Noviardi Ferzi-dok/jambi-independent.co.id-
Zouros (2021) sudah mengingatkan, geopark yang gagal menempatkan masyarakat lokal sebagai pusat manfaat hanya akan menjadi “museum terbuka”—indah secara visual tetapi kosong secara sosial.
BACA JUGA:Wajib Coba! Jalan Kaki Bisa Jadi Momen Healing Yang Nyata
Artinya, esensi geopark bukan sekadar menjaga status internasional, melainkan memastikan keadilan ekologi dan ekonomi berjalan seiring.
Merangin memang layak berbangga sebagai bagian dari jaringan geopark dunia. Tetapi kebanggaan itu akan menjadi semu jika berhenti pada seremoni internasional.
Tantangan terbesar bukanlah bagaimana menyusun dossier yang indah di atas kertas, melainkan bagaimana melawan dominasi industri ekstraktif, menutup kesenjangan sosial, dan menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pengelolaan warisan geologi.
Tanpa itu semua, geopark hanya akan menjadi etalase global, bukan rumah bersama yang menjaga kehidupan rakyat Jambi untuk generasi mendatang.
*Pengamat
Daftar Pustaka
Astuti, A. D., & Nugraha, Y. (2020). Geopark sebagai instrumen pembangunan berkelanjutan: Studi kasus Ciletuh-Palabuhanratu. Jurnal Perencanaan Wilayah, 12(2), 45–62.
Boley, B. B., & Perdue, R. R. (2021). Sustainable tourism development in geoparks: Policy coherence and community empowerment. Journal of Sustainable Tourism, 29(4), 617–635.
González-Tejada, C., et al. (2021). Local development challenges in UNESCO Global Geoparks: Economic impacts and social equity. Geoheritage, 13(2), 41–56.
Xu, H., Zhang, C., & Chen, Y. (2022). Geoparks in Asia: Community participation and sustainability dilemmas. Asian Geographer, 39(3), 213–230.
Zouros, N. (2021). UNESCO Global Geoparks: Concepts, strategies and challenges. Geoheritage Journal, 13(2), 67–84.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



