Hati-hati! Konflik Timur Tengah Bisa Buat Harga BBM Subsidi Bisa Naik
Konflik yang terjadi di Timur Tengah bisa mempengaruhi harga BBM di Indonesia.-ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Ketegangan geopolitik yang semakin membara di kawasan Timur Tengah, saat ini mulai membawa kekhawatiran baru bagi perekonomian global.
Kekhawatiran akibat dampak dari ketegangan ini, juga mulai dirasakan oleh Indonesia. Salah satunya harga BBM.
Konflik yang melibatkan 3 kekuatan besar, yakni Israel, Iran, dan Amerika Serikat (AS), tidak hanya memicu kekacauan politik, tetapi juga mengancam kestabilan harga minyak dunia.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal mengingatkan bahwa keterlibatan Iran dalam konflik ini sangat krusial.
BACA JUGA:Simak! Angkutan Batu Bara Diimbau Hentikan Operasional Via Jalur Darat, Ini Alasan dan Jadwalnya
Sebagai produsen minyak terbesar keenam di dunia, gangguan terhadap Iran akan langsung memengaruhi produksi dan distribusi energi global.
“Iran adalah negara produsen minyak terbesar keenam di dunia. Jadi, perang yang melibatkan Iran akan memengaruhi distribusi dari sisi produksi maupun distribusi minyak global, mengingat peranannya yang besar dalam suplai energi dunia,” ujar Faisal, Selasa tanggal 24 Juni 2025.
Indonesia saat ini berstatus sebagai negara pengimpor minyak bersih atau net importer. Artinya, fluktuasi harga minyak dunia akan sangat terasa dampaknya di dalam negeri.
Jika harga minyak global melonjak, bukan tidak mungkin pemerintah akan menyesuaikan harga BBM bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar.
BACA JUGA:Terhitung Hari Ini! Gencatan Senjata Iran dan Israel Mulai Berlaku Pukul 11.00 WIB
“Kalau sudah sampai pada tahap tersebut, tentu saja biasanya akan diikuti dengan penyesuaian harga, terutama di negara-negara yang merupakan net importer minyak seperti Indonesia,” jelas Faisal, dikutip dari beritasatu.com.
Kenaikan harga BBM bersubsidi tentu akan berdampak langsung terhadap tingkat inflasi nasional dan melemahkan daya beli masyarakat, terutama di lapisan ekonomi bawah.
Faisal juga menyoroti keterlibatan langsung AS yang justru memperkeruh situasi. Serangan udara Negeri Paman Sam terhadap sejumlah situs nuklir Iran, termasuk fasilitas penting di Fordow, menjadi indikator serius bahwa konflik ini dapat terus meluas.
“Dengan masuknya AS ke konflik, harga minyak dunia sangat mungkin naik di atas US$ 80 per barel. Bahkan jika eskalasi meluas, lebih dari US$ 100 AS per barel itu bukan sesuatu yang mustahil,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



