AWARDS
b9

Jejak Seorang Sultan yang Melampaui Zamannya

Jejak Seorang Sultan yang Melampaui Zamannya

Sultan Bima XIV Muhammad Salahuddin.-ANTARA-

Keberaniannya itu mendapat perhatian nasional. Presiden Soekarno bahkan datang langsung ke Bima untuk menyampaikan rasa terima kasih atas keteguhan sang Sultan dalam membela republik.

BACA JUGA:Harwan Muldidarmawan Tekankan Kepatuhan dan Integritas sebagai Pilar Kinerja Jasa Raharja di Kanwil Sulselbar

Dari pertemuan itu, tergambar sosok pemimpin daerah yang tak hanya setia, tetapi juga memahami makna strategis kemerdekaan bahwa Indonesia harus berdiri di atas kedaulatan penuh rakyatnya.

Warisan

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Muhammad Salahuddin bukan hanya penghormatan terhadap masa lalu, tetapi juga refleksi bagi masa kini dan masa depan.

Di tengah krisis keteladanan dan menguatnya pragmatisme politik, teladan Sultan mengingatkan bahwa kekuasaan tanpa moral adalah kehampaan, dan ilmu tanpa pengabdian adalah kesia-siaan.

Bagi masyarakat NTB, pengakuan ini menjadi kebanggaan kolektif. Kesultanan Bima tidak lagi sekadar dikenang sebagai institusi kerajaan, melainkan simbol nilai kebangsaan dan semangat pembaruan.

BACA JUGA:Ledakan di SMA 72 Jadi Peringatan Pentingnya Sekolah Ramah Anak dan Antiradikalisme

Warisan Sultan perlu dijaga melalui pelestarian Museum Asi Mbojo, kompleks Samparaja, serta integrasi nilai-nilai perjuangannya dalam kurikulum pendidikan lokal agar generasi muda tidak tercerabut dari akarnya.

Lebih dari itu, pemerintah daerah dapat menjadikan semangat Sultan sebagai inspirasi kebijakan publik. Prinsip pemerataan pendidikan, keadilan sosial, dan keberpihakan kepada rakyat kecil adalah nilai yang tetap relevan hingga kini.

Pengakuan dari negara harus diterjemahkan menjadi aksi nyata dengan membangun sumber daya manusia yang cerdas, berakhlak, dan cinta tanah air.

Sultan Muhammad Salahuddin telah menegaskan, kemajuan bangsa tidak hanya ditentukan oleh pembangunan fisik, tetapi oleh karakter pemimpinnya. Ia mewariskan pandangan hidup bahwa kekuasaan adalah amanah, dan ilmu adalah cahaya kemerdekaan.

BACA JUGA:Chery Luncurkan SUV Listrik J6T di Bogor, Lebih Tangguh dan Siap Taklukkan Medan Berat

Ketika namanya disebut di Istana Negara pada 10 November 2025, masyarakat Bima tak hanya menyaksikan pengakuan negara, tetapi juga menegaskan kembali pesan sang Sultan bahwa kemuliaan sejati bukan milik mereka yang berkuasa, melainkan milik mereka yang mengabdi.

Dan selama semangat belajar, keberanian, serta pengabdian masih dijaga oleh generasi penerus, cahaya Samparaja yang pernah dinyalakan Sultan Muhammad Salahuddin akan terus menyala, abadi menerangi perjalanan bangsa ini menuju masa depan yang beradab.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: