Amarah Terpendam Picu Stres, Yuk Kenali Tandanya
Kenali tanda-tanda orang dengan amarah tersembunyi -Ist/jambi-independent.co.id-Freepik.com
Kebiasaan orang yang menyimpan amarah terpendam berikutnya adalah cenderung mencari pembenaran tak berujung atas perilaku buruk orang lain alih-alih marah.
Kebiasaan ini—yang disebut terapis sebagai kognitif reapprasial atau penilaian ulang—memang bisa berguna bila digunakan secukupnya, yakni membantu meredam emosi dan melihat sisi lain yang lebih positif.
Namun bila berlebihan, kebiasaan ini justru menghabiskan energi mental dan menyembunyikan rasa frustasi yang sebenarnya valid.
Mencoba memahami alasan dari perilaku buruk orang lain memang terasa seperti bentuk belas kasih, tetapi itu hanya efektif jika kita juga melakukannya kepada diri sendiri.
Cara mudah untuk menghentikan siklus ini adalah bertanya pada diri sendiri, “Apakah aku sedang merasa terabaikan saat ini?”.
Kalimat sederhana ini bisa menghentikan pola memaklumi orang lain secara berlebihan dan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menentukan apa yang sebenarnya perlu kamu lakukan dalam situasi tersebut.
BACA JUGA:KONI Kota Jambi Minta Kurash Manfaatkan Dana Pembinaan untuk Peningkatan Prestasi
Mengalihkan Rasa Kesal ke dalam Diri Sendiri dengan Sabotase Diri
Sering kali, tanpa kita sadari, rasa kesal yang tidak diungkapkan malah berbalik menyerang diri sendiri. Bentuknya bisa berupa sabotase diri, seperti menunda pekerjaan penting, melewatkan olahraga, atau mengalami hambatan dalam karier.
Namun, pada akhirnya kemarahan yang kita pendam tersebut tidak benar-benar hilang, tetapi mencari jalan lain untuk keluar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sara Guidotti dan tim pada 2024 dan diterbitkan di Discover Psychology membuktikan bahwa kemarahan yang dialihkan ke dalam diri sendiri berkaitan erat dengan meningkatnya kecemasan dan depresi. Sayangnya, banyak dari kita merasa tidak punya “hak” untuk marah sehingga perasaan itu disembunyikan.
Namun, jika kita berani mengakui kemarahan itu dengan jujur, situasi akan berubah. Kita akan berhenti menyabotasi diri dan menjadi lebih stabil. Ya, sabotase diri akan hilang begitu kita berani menetapkan batasan yang tegas.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: kesehatan



