Optimis Ekonomi Indonesia Tidak Menuju Jurang
Noviardi Ferzi-dok/jambi-independent.co.id-
BACA JUGA:Nekat! Demi Beli Sabu, Warga Alam Barajo Ini Curi Sepeda Motor di Kecamatan Tebing Tinggi
Keempat, menyangkut belanja pertahanan dan keamanan. Stabilitas negara merupakan syarat mutlak bagi investasi dan pembangunan. Kenaikan anggaran sektor ini bukan semata-mata militerisasi, tetapi untuk menjaga kedaulatan, ketahanan pangan, energi, serta memastikan iklim usaha tetap kondusif.
Tanpa keamanan, sulit membayangkan UMKM atau investor asing mau berkembang di Indonesia. Pandangan ini selaras dengan kajian Dunne & Tian (2020) dalam Defence and Peace Economics yang menegaskan hubungan positif antara stabilitas keamanan dengan pertumbuhan investasi di negara berkembang.
Kelima, tudingan dominasi negara melalui BUMN dan keterlibatan TNI-Polri di ranah sipil juga tidak proporsional. Dalam tahap pembangunan, peran negara sebagai katalis justru penting, sebagaimana ditunjukkan oleh Korea Selatan, Vietnam, dan China.
Hal ini konsisten dengan temuan Amsden (2001) dalam The Rise of “The Rest” yang menjelaskan bahwa industrialisasi di Asia Timur berhasil justru karena intervensi aktif negara dalam sektor strategis sebelum sepenuhnya diserahkan ke mekanisme pasar.
BACA JUGA:Anak Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Tutup Instagram Usai Beri Pernyataan Kontroversial
Keenam, disparitas antarwilayah memang masih menjadi pekerjaan rumah. Namun, pemerintah telah mengalokasikan Dana Transfer ke Daerah (TKDD) sebesar Rp 857 triliun pada APBN 2025, serta membangun infrastruktur konektivitas lintas wilayah.
Program ini bertujuan memperkecil kesenjangan sekaligus mendorong pertumbuhan di luar Jawa.
Studi Firdaus & Gunawan (2023) dalam Regional Science Policy & Practice menunjukkan bahwa belanja infrastruktur dan transfer fiskal daerah berpengaruh signifikan dalam mempersempit ketimpangan wilayah di Indonesia.
Dengan demikian, alih-alih menuju “jurang keadilan sosial”, Indonesia justru sedang mengonsolidasikan fondasi ekonomi agar lebih inklusif dan berkeadilan. Kritik tentu penting, tetapi harus berimbang, berbasis data, dan memahami bahwa pembangunan adalah proses bertahap, bukan perubahan instan.
*Pengamat
Daftar Pustaka
Amsden, A. H. 2001. The Rise of "The Rest": Challenges to the West from Late-Industrializing Economies. Oxford: Oxford University Press.
Bank Dunia. 2024. Global Economic Prospects: Resilience Amid Uncertainty. Washington, D.C.: World Bank.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2025. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025. Jakarta: BPS.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



