JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Lebih dari seratus jenazah warga Palestina yang dikembalikan Israel ke Gaza masih belum teridentifikasi. Jenazah-jenazah itu tiba dengan hanya diberi nomor, tanpa nama, membuat keluarga korban harus meneliti foto-foto satu per satu untuk mencari orang yang mereka cintai.
Kondisi mereka menunjukkan tanda-tanda penyiksaan berat. Mata tertutup kain, tangan diborgol, bahkan beberapa kehilangan anggota tubuh.
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa para tahanan tersebut mengalami kekerasan sebelum meninggal. Tahanan Palestina yang dibebaskan hidup-hidup dari penjara Israel juga mengonfirmasi adanya praktik penyiksaan selama masa penahanan.
BACA JUGA:Simak! Harga Emas Turun di Pegadaian Hari Ini, Jumat 24 Oktober 2025
Organisasi hak asasi manusia dan lembaga medis di Gaza menyebut, banyak korban tampak terbakar, kehilangan gigi, serta menunjukkan luka akibat penganiayaan ekstrem.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Munir al-Bursh, menyebut kondisi itu sebagai “kejahatan perang yang tak bisa disembunyikan”.
Ia menegaskan bahwa sebagian besar korban tidak meninggal secara wajar, melainkan dieksekusi saat dalam tahanan.
BACA JUGA:Menkeu Purbaya Tegaskan Kejar Pajak Secara Profesional, Bukan Gaya Preman
Pernyataannya didukung oleh bukti visual yang menunjukkan adanya tali di leher salah satu jenazah dan tanda-tanda kekerasan di banyak tubuh lainnya.
Laporan penyiksaan terhadap warga Palestina di penjara Israel telah lama beredar dan disebut meningkat sejak perang di Gaza dimulai.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat sedikitnya 75 tahanan Palestina meninggal di penjara Israel sejak Oktober 2023.
BACA JUGA:Pelanggan McLaren di Australia Mulai Beralih ke Mesin Hybrid
Salah satu kasus paling kejam terjadi di pusat penahanan Sde Teiman, di mana seorang tahanan perempuan diperkosa secara beramai-ramai oleh para penjaga.
Physicians for Human Rights Israel mengungkap telah mendokumentasikan ratusan kasus kematian akibat penyiksaan, pemukulan, dan penolakan perawatan medis di penjara-penjara Israel.
Beberapa otopsi menunjukkan tanda-tanda kekerasan berbulan-bulan setelah kematian korban. Namun, militer dan otoritas penjara Israel belum memberikan tanggapan resmi atas temuan tersebut.