JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan akan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi besarnya potensi gempabumi dan tsunami yang mengancam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepala BMKG, Dwikorita menyebutkan bahwa DIY, yang terletak di wilayah pesisir selatan memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi.
Bahkan, dalam kurun waktu 11 tahun, telah terjadi 114 gempabumi dengan magnitudo di atas 5 dan dua kali gempabumi yang merusak. Ia menekankan bahwa ancaman ini dapat terjadi tiba-tiba tanpa ada prediksi waktu yang presisi.
BACA JUGA:BKD Jambi Fokus Benahi Data, 6.476 Honorer Diproses Jadi PPPK Paruh Waktu
“Ancaman ini nyata dan bisa terjadi tiba-tiba. Karena itu, kesiapsiagaan harus terus diperkuat. SLG ini adalah wujud kepedulian negara untuk melindungi keselamatan masyarakat dari bencana gempabumi dan tsunami,” ujar Dwikorita dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) di Kulon Progo, Selasa, 23 September 2025.
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (PUSGEN 2017), potensi gempabumi megathrust di bagian selatan Jawa bisa mencapai magnitudo M8,8.
Besarnya gempabumi ini memiliki potensi menimbulkan tsunami yang besar. Maka dari itu, penting bagi masyarakat agar dapat siap dan siaga dengan segala kemungkinan yang terjadi.
“Bencana memang tidak bisa kita cegah, tetapi dampaknya bisa kita kurangi. Dengan kesiapsiagaan, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memastikan pembangunan dan pariwisata tetap berkelanjutan,” imbuhnya.
BACA JUGA:Satresnarkoba Polresta Jambi Tangkap 3 Pria, Amankan Sabu dan Pil Ekstasi
Ia pun menyebutkan bahwa Kabupaten Kulon Progo yang berada di kawasan rawan bencana memiliki Yogyakarta International Airport (YIA).
YIA menjadi satu-satunya bandara di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang didesain khusus untuk tahan dalam menghadapi ancaman gempabumi megathrust dan tsunami.
Bahwasanya melalui keberadaan bandara ini, Kulon Progo dapat menjadi simbol daerah tangguh bencana.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya pelaksanaan implementasi 12 indikator Tsunami Ready yang ditetapkan UNESCO-IOC khususnya di daerah pesisir untuk mengurangi dampak dari bencana tsunami.