JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Sebagai bagian dari komitmen dalam mendukung ketahanan pangan nasional, Sub Holding PTPN IV PalmCo, yang berada di bawah Holding Perkebunan PTPN III (Persero), memperluas Program Tanam Padi PT Perkebunan Nusantara (TAMPAN) ke Provinsi Jambi. Program ini menggandeng petani sawit peserta Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dengan sistem intercropping atau tumpang sari padi di areal peremajaan sawit.
Setelah sukses diterapkan di Riau, Program TAMPAN kini diimplementasikan di KUD Dwi Jaya, Desa Tanjung Sari, Bahar Selatan, Muaro Jambi, yang saat ini tengah melakukan peremajaan kebun sawit seluas 140,62 hektare. Untuk tahap awal, program ini akan diterapkan di area 5 hektare.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, dalam acara tanam perdana padi gogo di Muaro Jambi, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mempercepat swasembada pangan yang menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari kerja pemerintah.
"PTPN IV PalmCo berkomitmen untuk terus mendukung ketahanan pangan nasional melalui pola intercropping di lahan PSR. Ini sejalan dengan arahan Holding Perkebunan dan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham,” ungkap Jatmiko.
BACA JUGA:Kurang dari 24 Jam, Jasa Raharja Pastikan Santunan Korban Kecelakaan di Gerbang Tol Ciawi 2
BACA JUGA:PSM Makassar Melaju ke Semifinal ASEAN Club Championship Setelah Tundukkan Than Hoa 3-0
Ia menambahkan bahwa keberhasilan program ini juga berkat dukungan dari Kementerian BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, serta IPB University.
Sekretaris Daerah Provinsi Jambi, Sudirman, mengapresiasi program ini dan menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jambi mendukung penuh inisiatif tersebut guna meningkatkan ekonomi petani.
"Kami sangat mengapresiasi langkah PTPN IV PalmCo dalam mengembangkan program ini. Dengan sistem intercropping, lahan peremajaan sawit yang sebelumnya tidak produktif dapat dimanfaatkan untuk menanam padi, sehingga mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani," ujarnya.
Dengan pola intercropping, petani sawit akan mendapatkan tambahan pendapatan sebelum sawit mereka memasuki masa panen.
BACA JUGA:MK Tolak Sengketa Pilkada Sarolangun, KPU Sarolangun Segera Lakukan Penetapan Hurmin - Gerry
Berdasarkan pengalaman di Riau, sistem ini mampu menghasilkan 20 ton gabah kering per hektare per tahun selama dua tahun sebelum sawit mulai berproduksi. Artinya, selain meningkatkan ketahanan pangan nasional, petani juga mendapatkan keuntungan ekonomi dari hasil panen padi.
Jatmiko menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program ini. "Kami optimistis bahwa dalam lima tahun ke depan, program ini bisa diterapkan di 206 ribu hektare lahan PSR, dengan potensi produksi padi mencapai setengah juta ton gabah," jelasnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas perkebunan sawit rakyat di Indonesia mencapai 6,94 juta hektare, dengan 2,8 juta hektare di antaranya memasuki fase tanaman tua yang harus segera diremajakan.
Dari jumlah tersebut, terdapat potensi intercropping hingga 400 ribu hektare per tahun, dengan target kontribusi PTPN sebesar 40 ribu hektare per tahun.
BACA JUGA:Dukung Ketahanan Pangan, Polres Sarolangun Tebar 8.000 Benih Ikan Nila
BACA JUGA:Istirahat di Masjid, HP Samsung S24 Ultra Milik Warga Lampung Hilang Dicuri di Muaro Jambi
"Melalui optimalisasi lahan idle di masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), petani bisa mendapatkan manfaat ganda, yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan mereka," ungkap Jatmiko.
PTPN IV PalmCo juga terus berkolaborasi dengan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dan program MAKMUR BUMN untuk memberikan dukungan penuh kepada petani sawit yang ingin melakukan peremajaan kebun dengan sistem intercropping padi.
Jatmiko mengajak petani sawit yang kebunnya sudah memasuki usia tua untuk segera bergabung dalam program akselerasi PSR dan penguatan ketahanan pangan.
"Petani yang bermitra dengan kami akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti bantuan benih, pestisida, serta pendampingan teknis dari Kementerian Pertanian. Dengan demikian, hasil panen bisa meningkat dan kesejahteraan petani semakin baik," pungkasnya.
BACA JUGA:Sopir Asal Lampung Gantung Diri di Toilet Rumah Makan Budi Mulyo Muaro Jambi
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian, Ardi Praptono, menegaskan bahwa program intercropping padi ini sejalan dengan arahan Presiden dalam percepatan swasembada pangan.
"Kami mendukung penuh inisiatif ini karena memberikan manfaat nyata bagi petani dan ketahanan pangan nasional," ujarnya.