Praktik Sasi oleh Perempuan Raja Ampat yang Lebih dari Menjaga Laut

Rabu 17-04-2024,15:17 WIB
Reporter : Risza S Bassar
Editor : Risza S Bassar

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Membelakangi hamparan laut, Almina Kacili, seorang perempuan berusia kepala enam tampak duduk dengan tenang di sebuah kursi merah di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.

Hujan sore yang membawa teduh di Kampung Kapatcol itu seolah sengaja diutus Tuhan untuk menemani Mama Almina mengenang momen berharga baginya pada tahun 2008 silam.

Momen itu berkenaan dengan pendirian Kelompok Waifuna yang terdiri atas para mama (ibu) di Kampung Kapatcol.

Dalam bahasa setempat, Waifuna berarti berkah dari Tuhan yang Maha Kuasa.

BACA JUGA:Partai Golkar Provinsi Jambi Buka Peluang untuk Non Kader Maju dalam Pilkada

BACA JUGA:Menteri PANRB: Pemindahan K/L ke IKN Tempuh Tiga Penapisan

Sejak didirikan pada tahun 2008 hingga kini, Kelompok Waifuna terdiri atas 36 anggota yang berstatus sebagai ibu atau akrab dengan sebutan mama dengan rentang usai mulai dari 22 tahun hingga 30 tahun ke atas.

Pada awal didirikan, Kelompok Waifuna dipimpin oleh kakak ipar Almina yang bernama Betjina Hay. Kepemimpinan itu dilanjutkan oleh Almina setelah Betjina tutup usia pada tahun 2013.

Salah satu peran utama kelompok tersebut adalah mengelola sasi laut, di saat pengelolaan sasi lebih identik dengan kaum adam.

Dalam pengelolaan sasi, Kelompok Waifuna didampingi langsung oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

BACA JUGA:Polres Batanghari Cek Lokasi Penambangan Emas Ilegal yang Dibakar Massa Gegara Masuk Area Kuburan

BACA JUGA:HAR Jadi Ketua Pembina Organisasi Sayap DPP Dubalang Berempat Gedang Betujuh DPP Tuah Sakato Jambi 

Menurut Koordinator Program Bentang Laut Kepala Burung YKAN Awaludinnoer, salah satu hasil dari pendampingan itu adalah kemunculan kesadaran dalam diri para mama di Waifuna agar mereka selektif dalam mengambil hasil laut.

Mereka akan mengembalikan hasil tangkapan ke laut jika tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan.

Secara umum, sasi dapat dipahami sebagai praktik adat untuk mengelola sumber daya alam berkelanjutan, baik di darat maupun di laut yang hingga saat ini masih diterapkan di wilayah Maluku dan Papua.

Kategori :