Prediksi Ekonomi Indonesia 2023 : Cendrung Menantang, Indonesia Banjir Investor

Senin 16-01-2023,19:37 WIB
Editor : surya Elviza

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Memasuki tahun 2023, kondisi perekonomian Indonesia masih dipengaruhi oleh isu resesi dunia.

Prediksi perekonomian Indonesia pada tahun 2023 ini diperkirakan masih dalam kondisi yang harus menantang dan bertahan. Sehingga tidak ikut terseret dalam kondisi resesi dunia.

Sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ada pada level cukup tinggi 4,5-5,3 persen pada 2023 dan 4,7-5,5 persen pada 2024.

Adapun inflasi akan kian terkendali dan diprakirakan turun dan kembali ke sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.

BACA JUGA:Salah Ambil Keputusan, 1 Wasit Gubernur Cup 2023 Disanksi ASPROV PSSI Jambi

BACA JUGA:Terbukti Korupsi, Mantan Direktur RSUD Kolonel Abunjani Bangko Dituntut 6,5 Tahun Penjara

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memberikan pandangannya pada prospek ekonomi dalam negeri pada 2023.

Dia memperkirakan perekonomian cenderung menantang dan dipengaruhi oleh outlook ekonomi global yang lesu seperti dikutip dari JPNN.com

Namun, dari sisi internal yakni kebijakan untuk menopang pertumbuhan ekonomi dalam negeri cukup baik dari sisi fiskal maupun moneter.

BACA JUGA:Perlu Dicatat...Anggota Polri Tidak Boleh Melakukan Hal Ini Selama Kawal Pemilu 2024

BACA JUGA:Bawaslu Bungo Buka Rekrutmen Panwaslu Kelurahan/Desa, Pendaftaran Hingga 19 Januari

“Kami juga lihat arah investasi akan cenderung mengarah pada negara berkembang karena lebih menarik, seperti Indonesia yang merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Di sisi lain, pasar saham diperkirakan masih mencatatkan kinerja positif, tetapi terbatas," jelasnya.

Nico mengatakan sektor basic materials masuk dalam salah satu sektor prioritas pilarmas.

Hal itu dipengaruhi oleh dukungan pemerintah yang cukup kuat terutama dalam hal hilirisasi dan industrialisasi.

"Juga karena pemerintah mengubah basis ekonomi dari komoditas menjadi produk yang bernilai tambah," pungkas Nico.

Kategori :