BACA JUGA:Danrem 042/Gapu Hadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah
Ini menandakan, menjadi sutradara bukan ‘gegayaan’ dan tidak bisa asal jadi, grasa-grusu dan harus berbasis proses, pengalaman batin, pemahaman serta ilmu pengetahuan.
Menjadi sutradara berarti memiliki kesadaran penuh untuk bertanggung jawab serta berkerja keras untuk:
1) menentukan lakon,
2) melakukan tafsir lakon
3) memiliki konsep pertunjukan yang jelas,
4) berdiskusi dengan penulis naskah lakon bila memungkinkan,
5) melakukan riset terkait bentuk garapan
6) memilih aktor dengan alasan yang profesional,
7) memberikan arahan penggarapan berdasarkan tafsir teks, subteks hingga interteks,
8) menjelaskan, berdiskusi dan berdebat secara terbuka, sehat dan kritis dengan aktor serta para penata (artistik, musik, busana, rias, dan cahaya),
9) memiliki kejelian serta daya khayal yang tinggi agar mencapai sebuah pertunjukan yang baik serta 10) sanggup mempertanggungjawabkan secara fisik dan mentak (dipuji, dicaci,dikritisi) terkait hasil karya pertunjukan yang dihasilkan.
BACA JUGA:Gubernur Jambi Al Haris Minta Satgas Pangan Awasi Harga Barang Pokok di Pasar
BACA JUGA:Karang Taruna dan Mahasiswa KKN Unja Bantu Keluarga Korban Tewas Bentrok Suporter Sepak Bola di Tebo
Beratnya tugas yang harus diselesaikan seorang sutradara tersebut membuat posisi ini bergengsi sehingga siapapun mampu menjadi sutradara (tak peduli apapun latar belakangnya) asalkan memiliki kemauan belajar, berusaha, dan berproses.