Oleh: Putra Agung
Pekan lalu, saya didapuk menjadi salah seorang juri Festival Teater Remaja (FTR) yang bertemakan “Telusur Tanah Berjejak” yang dilaksanakan UPTD Taman Budaya Jambi, bersama Mas Yanusa Nugroho (sastrawan/dramawan) dan Bung Titas Suwanda (aktor/sutradara).
Pelaksanaan FTR tahun ini terasa berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan Taman Budaya Jambi melaksanakan FTR tahun 2022 dengan bentuk pementasan teater rakyat yang bersumber dari upacara adat yang ada di Provinsi Jambi dan membawakan salah satu dari sembilan naskah hasil workshop penulisan naskah abdul muluk modern yang dilakukan oleh Taman Budaya Jambi pada April lalu.
Selama dua hari penuh dewan juri secara cermat dan detail menyaksikan, mencatat, menilai serta berdiskusi mengenai kelebihan dan kekurangan keempat belas pertunjukan peserta FTR.
Semua itu dilakukan demi menemukan para pemenang yang betul-betul layak menang dengan penilaian secara profesional, proposional, objektif, adil dan bertanggung jawab. Secara umum, penilaian yang kami lakukan meliputi tiga aspek utama yaitu (1) Pemeranan, (2) Penataan dan (3) Penyutradaraan.
BACA JUGA:Putusan Sengketa Informasi Komisi Informasi Provinsi Jambi, Ini Putusannya untuk 9 Dinas Kominfo di Jambi
Saat ini proses penilaian dan pengumuman pemenang telah dilakukan, meski begitu terdapat sejumlah catatan dan saran dewan juri yang mungkin dipahami sekaligus diterapkan demi peningkatan kuantitas serta kualitas karya pertunjukan dari para remaja di Provinsi Jambi untuk masa yang akan datang.*
A. CATATAN
- Pahami Juknis
Dalam mengikuti sebuah perlombaan, para peserta seharusnya membaca dan memahami secara baik tentang petunjuk teknis (juknis) yang telah ditetapkan oleh panitia.
Hal ini penting agar para peserta memahami syarat, kewajiban, tematik hingga teknis lomba. Termasuk mengetahui kriteria penilaian, bentuk garapan, serta durasi karya. Membaca dan memahami juknis berarti sudah mendekatkan diri pada kemenangan. Kenapa? Dikarenakan peserta bisa menyelami apa yang diinginkan panitia dan dewan juri.
Jelas disebutkan bahwa panitia dalam hal ini UPTD Taman Budaya Jambi menginginkan pertunjukan teater rakyat yang dikemas dalam bentuk hukum panggung modern.
BACA JUGA:Berikan Kuliah Umum di Singapore, Airlangga Hartarto Tuai Pujian Audiens
BACA JUGA:Ternyata Ini Alasan Polisi Usir Kuasa Hukum Brigadir J dari Lokasi Rekonstruksi
Artinya, peserta diharapkan menampilkan pertunjukan teater rakyat yang lebih fokus pada isi dan tujuan, tidak kaku, spontanitas, melakukan interaksi dengan penonton, terkadang muncul pantun, narator, nyanyian atau tarian.
Bentuk pertunjukan rakyat yang bebas ini harus dimainkan dengan menjaga hukum panggung modern. Seperti, komposisi bloking, kehadiran konflik hingga resolusi, akting yang baik dan sewajarnya, kehadiran logika pertunjukan, hingga komposisi musik, busana, properti dan seting yang apik, dan lain sebagainya.
Alih-alih memahami juknis dengan baik, para peserta FTR 2022 banyak ‘terjebak’ dalam lelucon kasar alias komedi slapstik yang overdosis dengan alibi teater dul muluk sekaligus melupakan hukum panggung yang mestinya diterapkan.
Akibatnya, kebanyakan peserta hanya menyajikan ‘tontonan’ tanpa ‘tuntunan’.
BACA JUGA:Tekan Inflasi, Wakil Wali Kota Jambi Maulana Minta TPID Kota Catat Harga Bahan Pokok Setiap Hari
- Ikuti Technical Meeting & Jangan Enggan Bertanya
Bagi saya pribadi, salah satu penyebab peserta kalah saat festival adalah menggampangkan proses pertemuan teknis atau lazim disebut technical meeting (TM).
Pada saat TM, peserta dapat berinteraksi secara langsung dan bersamaan tidak hanya dengan panitia namun juga berjumpa dengan dewan juri serta koordinator panggung. Sayangnya, kebanyakan peserta menganggap ‘receh’, menganggap TM sebatas formalitas dan enggan bertanya terkait pelaksanaan festival termasuk teknis penilaian.
Alhasil, sejumlah peserta terlihat gagap dan bingung saat diminta plot lighting, desain panggung dan konsep pemanggungan serta sibuk bertanya kesana-kemari terkait apa yang diinginkan juri.
- Lakukan Secara Serius Kerja Penyutradaraan
Dalam pertunjukan teater, sutradara merupakan penanggung jawab kekaryaan sehingga baik-buruknya sebuah pertunjukan sangat dipengaruhi oleh kualitas sutradara.