JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pendapatan negara pada April sangat baik.
Hal ini disampaikan Sri Mulyani pada konfrensi pers tentang perkembangan terkini pendapatan negara dalam jumpa pers APBN KiTA di Jakarta, Senin 23 Mei 2022.
Perempuan yang masuk dalam The World's 100 Most Powerful Women 2020' versi Forbes itu memerinci realisasi pendapatan negara meliputi penerimaan perpajakan Rp 676,1 triliun yang meningkat 49,1 persen dari Rp 453,5 triliun pada April 2021 serta PNBP Rp 177,4 triliun.
Menurutnya, penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan pajak Rp 567,7 triliun yang naik 51,5 persen dari periode sama tahun lalu Rp 374,6 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp 108,4 triliun yang juga naik 37,7 persen dari Rp 78,7 triliun.
Kemudian, realisasi penerimaan pajak Rp 567,7 triliun yang merupakan 44,88 persen dari target Rp 1.265 triliun, secara terperinci meliputi PPh non-migas Rp 342,48 triliun atau 54,06 persen dari target serta PPN dan PPnBM Rp 192,12 triliun atau 34,65 persen dari target.
"Kemudian PBB dan pajak lainnya Rp 2,43 triliun atau 8,17 persen dari target serta PPh Migas Rp 30,66 triliun atau 64,8 persen dari target," ungkap Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan realisasi pendapatan negara mencapai Rp 853,6 triliun per April 2022 dari target APBN 2022 Rp 1.846,1 triliun.
Pendapatan negara, lanjut diam meningkat 45,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni Rp 584,9 triliun.
“Pendapatan negara realisasi sampai akhir April Rp 853,6 triliun. Growth ini bagus banget, bulan lalu saja 32,1 persen growth-nya. Semua komponen pendapatan negara naik,” kata Menkeu Sri Mulyani.
Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut kinerja penerimaan pajak hingga April ditopang oleh tren peningkatan harga komoditas serta pertumbuhan ekonomi yang ekspansif.
"Tingkat permintaan yang terus membaik sehingga mendorong peningkatan impor dan penyerapan tenaga kerja," beber Sri Mulyani.
Selain itu kinerja yang sangat baik pada pajak juga karena adanya basis yang rendah pada tahun lalu serta implementasi kebijakan Program Pengungkapan Sukarela (PPS).
Sri Mulyani menyebut pertumbuhan penerimaan yang tinggi itu utamanya didukung PPh Badan Tahunan yang sejalan dengan jatuh tempo penyampaian SPT PPh Badan serta transaksi ekonomi yang meningkat pada Ramadan sekaligus pergeseran sebagian pembayaran PPh 22 atas THR ke April.
"Penerimaan kepabeanan dan cukai yang sebesar Rp 108,4 triliun atau 44,2 persen dari target Rp 245 triliun meliputi bea masuk yang tumbuh 33,2 persen didorong membaiknya ekonomi nasional serta sektor perdagangan dan pengolahan," ucap Menkeu Sri Mulyani.
Penerimaan kepabeanan dan cukai juga didorong oleh cukai yang tumbuh 30,8 persen karena implementasi kebijakan cukai dan efektivitas pengawasan serta kebijakan relaksasi PPKM dan membaiknya sektor perhotelan termasuk pariwisata.
Bea keluar (BK) yang tumbuh 102,1 persen turut mendorong penerimaan kepabeanan dan cukai seiring meningkatnya volume ekspor tembaga dan BK CPO yang tumbuh akibat tarif BK maksimal serta pengenaan BK pada produk turunannya.
Terakhir untuk penerimaan PNBP sebesar Rp 177,4 triliun yang naik merupakan 52,9 persen dari target Rp 335,6 triliun didukung oleh meningkatnya pendapatan semua komponen PNBP kecuali pendapatan Badan Layanan Usaha (BLU). (viz)