Ashtiani juga mengkritik kehadiran militer AS di Timur Tengah dan di tempat lain, dengan mengatakan bahwa “di mana pun AS memiliki kehadiran militer, itu telah menciptakan gelombang ketidakamanan, ketidakstabilan, keretakan, pesimisme, perang, kehancuran, dan pemindahan.”
Baca juga: Imam Masjid Meninggal Dunia saat Salat Subuh
Sedangkan Mayor Jenderal Mohammed Bagheri, kepala staf angkatan bersenjata Iran, juga bertemu dengan pengunjung China dan menawarkan beberapa rincian tentang bentuk kerja sama mereka ke depan.
“Kami sepakat untuk memperluas kerja sama bilateral dalam latihan militer bersama, pertukaran strategi, masalah pelatihan, dan bidang umum lainnya antara angkatan bersenjata kedua negara sehingga kami dapat memberikan keamanan yang lebih baik bagi kedua negara,” kata Bagheri dikutip dari Russian Today.
Perjanjian kerja sama strategis 2021 telah membuka jalan bagi kerja sama militer antara Iran dan China, tetapi juga berbagai kegiatan ekonomi mulai dari perdagangan minyak hingga transportasi dan pertanian.
Iran berada di bawah sanksi sepihak AS sejak 2018, ketika pemerintahan Trump mengingkari kesepakatan nuklir 2015.
China adalah salah satu yang menandatangani pakta asli bersama dengan Inggris, Prancis, Jerman dan Rusia.
Pemerintah AS saat ini mengatakan ingin memulihkan perjanjian, tetapi pembicaraan tidak berhasil karena penolakan Washington untuk mencabut sanksi terhadap Teheran.
Artike ini sudah pernah tayang di radartasik.com dengan judul: Hadapi AS, Iran Mesra Dengan China