Depresi Lebih Bahaya Kalau Didiamkan, Ini Peringatan Serius dari Pakar Kesehatan Mental
Ilustrasi wanita depresi-freefik-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Psikiater Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ(K), lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menegaskan bahwa depresi bukanlah sebuah aib, melainkan kondisi medis yang lumrah dan bisa dialami siapa saja.
"Sudah saatnya masyarakat memahami bahwa mengalami depresi bukan hal memalukan. Ini bukan hal tabu, karena gangguan ini bisa terjadi di lingkungan manapun," kata dr. Adhi dalam sebuah diskusi seputar kesehatan mental yang berlangsung di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa dukungan dari orang terdekat sangat penting bagi individu yang tengah bergelut dengan depresi. Dukungan tersebut bisa berupa perhatian, pendampingan untuk mencari bantuan profesional, hingga mengingatkan agar tidak menyakiti diri sendiri.
Menurut dr. Adhi, masyarakat kini tak perlu cemas soal biaya penanganan depresi. Layanan kesehatan mental, termasuk konsultasi dengan psikiater dan pemberian obat-obatan seperti antidepresan atau anticemas, kini sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan.
BACA JUGA:Hati-Hati! Obsesi Berlebihan pada Idola Bisa Merusak Hidupmu Tanpa Sadar
BACA JUGA:Gak Nyangka! Makan Ini di Pagi Hari Bisa Turunkan Berat Badan Secara Alami
"Bagi yang memiliki keterbatasan finansial, cukup gunakan BPJS. Pemerintah sudah menyediakan pembiayaan, jadi tidak ada alasan untuk tidak berobat," tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa depresi merupakan penyakit kronis yang memerlukan penanganan serius. Diagnosisnya bisa dikenali melalui tiga gejala utama (trias depresi): hilangnya minat terhadap aktivitas, mudah merasa lelah secara fisik maupun psikis, serta munculnya suasana hati yang murung atau hampa secara emosional.
Selain itu, pasien juga bisa menunjukkan gejala tambahan seperti gangguan tidur, nafsu makan yang tidak stabil, penurunan gairah seksual, hingga perasaan kosong dan tidak berdaya. Bila kondisi ini berlangsung lebih dari dua minggu, maka besar kemungkinan seseorang mengalami depresi klinis.
"Rumus sederhana yang bisa digunakan: jika trias gejala ini muncul lebih dari dua minggu, besar kemungkinan itu adalah depresi," tambahnya.
BACA JUGA:Zodiak Super Sibuk: Hidupnya Penuh Agenda
BACA JUGA:Heboh! Bintang Timnas Cedera Parah, Tapi Wasit Cuma Keluarkan Kartu Kuning?
dr. Adhi juga memperingatkan bahwa depresi yang diabaikan atau tidak ditangani secara optimal bisa berkembang menjadi depresi resistan terhadap pengobatan atau Treatment Resistant Depression (TRD). Kondisi ini cenderung lebih kompleks dan memiliki dampak jangka panjang yang lebih berat dibandingkan depresi biasa.
"Pasien TRD biasanya membutuhkan waktu pemulihan tiga kali lebih lama. Tingkat kekambuhannya juga tinggi dan risiko bunuh diri bisa meningkat hingga tujuh kali lipat," jelas Adhi, yang juga aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Melalui pemahaman dan edukasi yang tepat, masyarakat diharapkan tidak lagi memandang depresi sebagai sesuatu yang memalukan. Justru dengan kesadaran dan dukungan bersama, penderita bisa segera mendapatkan penanganan medis yang layak dan tepat waktu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



