Hati-Hati! Obsesi Berlebihan pada Idola Bisa Merusak Hidupmu Tanpa Sadar
Ilustrasi obsesi-freefik-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Terjebak dalam kekaguman yang berlebihan terhadap idola bisa menjadi bumerang bagi keseimbangan hidup. Hal ini diungkapkan oleh Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani, M.Psi., yang menegaskan bahwa ketika rasa kagum berubah menjadi obsesi, maka akan muncul gejala yang dapat mengganggu fungsi sosial dan keseharian.
"Dalam dunia psikologi, transformasi dari kekaguman menjadi obsesi dapat menimbulkan perilaku yang tidak sehat dan mengganggu keseimbangan hidup seseorang," ujar Teresa saat diwawancarai di Jakarta pada Kamis.
Psikolog yang kini aktif memberikan layanan konseling di Vajra Gandaria, Jakarta Selatan, itu menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda ketika rasa kagum mulai berdampak negatif. Salah satu ciri umumnya adalah ketika seseorang mulai mengesampingkan tanggung jawab pribadi demi mengikuti segala aktivitas atau informasi terkait sang idola.
Bahkan, menurutnya, munculnya perasaan emosional berlebihan seperti marah, iri, atau tersinggung hanya karena sang idola tidak merespons ekspektasi penggemar—seperti tidak menyapa atau tidak memberikan balasan juga perlu menjadi alarm kewaspadaan.
BACA JUGA:Gak Nyangka! Makan Ini di Pagi Hari Bisa Turunkan Berat Badan Secara Alami
BACA JUGA:Zodiak Super Sibuk: Hidupnya Penuh Agenda
"Rasa senang saat bertemu idola itu wajar. Tapi jika sudah menimbulkan tekanan emosional hanya karena tidak mendapat respon, itu bisa menjadi indikator adanya hubungan satu arah yang tidak sehat," jelasnya.
Dalam kacamata psikologi sosial, fenomena ini disebut sebagai parasocial relationship—hubungan sepihak yang terbentuk antara individu dan figur publik, yang terasa nyata secara emosional bagi si penggemar, meskipun pada kenyataannya tidak ada interaksi dua arah.
"Meski secara batin kita merasa dekat dengan sosok idola, namun kita perlu menyadari bahwa mereka belum tentu mengetahui keberadaan kita secara personal," tambahnya.
Teresa juga menekankan pentingnya menjaga batasan saat mengagumi seseorang, terutama figur publik. Mengungkapkan rasa kagum secara wajar dan empatik, menurutnya, adalah bentuk penghormatan terhadap ruang pribadi sang idola.
BACA JUGA:Heboh! Bintang Timnas Cedera Parah, Tapi Wasit Cuma Keluarkan Kartu Kuning?
BACA JUGA:Dapat Bantuan Hukum, Kuasa Hukum Misri Ajukan Permohonan Penangguhan Penahanan ke Polda NTB
"Sebisa mungkin hindari interaksi yang memaksa atau menimbulkan ketidaknyamanan. Tersenyum, menyapa dengan sopan, atau mengucapkan kata-kata positif sudah cukup untuk menunjukkan kekaguman," paparnya.
Ia menambahkan, apabila seseorang ingin berfoto atau meminta tanda tangan, sebaiknya selalu mendahulukan izin. Bila idola tersebut menolak karena alasan tertentu seperti kelelahan atau peraturan yang berlaku, penggemar harus belajar memahami dan menerima.
“Menjaga empati dan tidak memaksakan keinginan adalah bentuk kedewasaan dalam menjadi penggemar. Ingatlah, mereka juga manusia yang memiliki hak atas ruang aman dan kenyamanan pribadi,” tutup Teresa.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



