Mengejutkan! Sikat Gigi Usai Makan Ternyata Bisa Bikin Gigi Cepat Rusak, Ini Kata Dokter
Ilustrasi wanita sedang menggosok gigi-freefik-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kebiasaan menyikat gigi terlalu sering, terutama setelah makan, ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan gigi. Alih-alih membuat gigi lebih bersih dan kuat, tindakan ini justru dapat menyebabkan kerusakan serius pada enamel dan gusi.
Dilansir dari Hindustan Times, Dr. Sanjeet Shankar dokter gigi spesialis prostetik sekaligus CEO Epikdoc.AI—mengungkapkan bahwa menyikat gigi secara berlebihan atau dengan tekanan terlalu kuat bisa menimbulkan efek sebaliknya dari yang diharapkan.
"Beberapa orang menyikat gigi setiap kali selesai makan, bahkan dengan kekuatan seperti sedang membersihkan wajan penuh kerak. Sayangnya, ini bukan bentuk perawatan, tapi awal dari kerusakan. Email gigi akan tergerus dan gusi bisa turun,” ujar Dr. Shankar.
Ia juga menjelaskan bahwa menggosok gigi segera setelah mengonsumsi makanan atau minuman asam seperti jeruk, tomat, atau minuman bersoda justru mempercepat pelapukan enamel. Sebaiknya, beri jeda setidaknya 30 menit sebelum menyikat gigi agar air liur memiliki waktu menetralkan asam dan melindungi permukaan gigi.
BACA JUGA:Hari Bhayangkara ke-79, Kapolda Jambi: Pengabdian Humanis Lewat Prinsip Otoritas untuk Pelayanan
BACA JUGA:Selamat! Mat Sanusi Terpilih Jadi Ketum KONI Provinsi Jambi Periode 2025-2029
Jika enamel sudah rusak, Shankar menegaskan bahwa jaringan ini tidak dapat tumbuh kembali. Untuk mengatasinya, pasien mungkin memerlukan prosedur seperti tambal gigi, bonding, atau pemasangan mahkota.
Adapun resesi gusi yang parah bisa memerlukan tindakan lanjutan, misalnya pencangkokan jaringan atau prosedur bedah seperti teknik lubang jarum. Tindakan ini cukup efektif, tetapi invasif dan berbiaya tinggi padahal sebenarnya bisa dicegah dengan kebiasaan menyikat yang lebih tepat.
“Kerusakan tidak terjadi dalam semalam. Ini berlangsung pelan-pelan dalam hitungan bulan hingga tahun, dengan tanda-tanda kecil seperti gigi menjadi sensitif, gusi tampak berubah, atau sikat gigi cepat aus. Yang kurang bukan usaha, tapi kontrol diri,” tambahnya.
Dr. Shankar juga menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang tanpa disadari merusak gigi, misalnya menyikat dengan tekanan tinggi, memakai sikat berbulu keras, atau menggunakan pasta gigi pemutih terus-menerus. Ia menyoroti bahwa orang cenderung menyikat sisi kiri mulut dengan lebih agresif, terutama yang tidak kidal. Gigi taring, karena posisinya yang menonjol, sering menjadi korban penyikatan berlebihan.
BACA JUGA:Berat! Ini Sederet Sanksi Berat dari FIFA untuk Malaysia Gara-gara Naturalisasi
BACA JUGA:Bupati Sarolangun Hadiri Rapat Paripurna HUT Kabupaten Muratara Ke-12
Jika gusi mulai menyusut, akar gigi menjadi lebih terbuka dan mudah diserang bakteri. Ini bisa memicu terbentuknya "segitiga hitam"—celah di antara gigi yang membuat sisa makanan mudah tersangkut dan sulit dibersihkan.
“Ini bukan hanya soal penampilan, tetapi juga soal kesehatan mulut secara menyeluruh,” tegas Shankar.
Ia menyarankan masyarakat untuk memperhatikan kondisi sikat gigi. Jika dalam dua atau tiga minggu bulu sikat sudah rusak atau terasa kasar, itu pertanda kebiasaan menyikat perlu dikoreksi. Idealnya, gunakan sikat berbulu lembut, dengan gerakan ringan, melingkar, dan sudut kemiringan diarahkan ke garis gusi.
Sebagai tambahan, sikat gigi sebaiknya diganti setiap tiga bulan untuk menjaga efektivitas dan kebersihannya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



