Membaca Arti Tarif Nol Persen Produk Amerika ke Indonesia

Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-
BACA JUGA:Geger! Mobil Terbakar di SPBU Kabupaten Tebo
Selain itu, mesin dan peralatan berteknologi tinggi seperti pesawat terbang dan suku cadangnya, peralatan medis, serta produk kimia dan farmasi juga menjadi impor utama. Amerika Serikat juga menjadi pemasok penting untuk komoditas energi seperti gas dan minyak bumi.
Secara keseluruhan, perdagangan antara kedua negara ini saling melengkapi, di mana Indonesia mengekspor produk jadi dan hasil bumi, sementara Amerika Serikat memasok bahan baku strategis, teknologi, dan produk pertanian yang dibutuhkan oleh Indonesia.
Selama ini Indonesia secara konsisten menikmati surplus neraca perdagangan yang signifikan dengan Amerika Serikat.
Sebagai ilustrasi, pada tahun 2020, surplus perdagangan Indonesia melesat 31,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total ekspor mencapai US18,62 miliar (sekitar Rp270,09 triliun) dan impor dari AS senilai US7,49 miliar (sekitar Rp108,61 triliun).
BACA JUGA:Kabar Duka: Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Wafat Usai Dua Dekade Koma
Tren positif ini berlanjut, dengan Indonesia mencatat surplus sebesar US$14,5 miliar (sekitar Rp235,63 triliun) pada tahun 2024, mengindikasikan kuatnya posisi ekspor Indonesia di pasar AS, (Media Indonesia, 2025).
Sebelumnya, ancaman tarif 32 persen pada produk-produk Indonesia telah menimbulkan ketidakpastian besar bagi para pelaku usaha, menyebabkan investor dan eksportir menunda keputusan penting akibat bayangan perang dagang.
Namun, dengan ditetapkannya tarif 19 persen, ketidakpastian tersebut kini telah sirna.
Para eksportir kini memiliki angka yang jelas untuk diperhitungkan dalam strategi bisnis mereka. Seperti yang diungkapkan oleh penelitian, prediktabilitas kebijakan perdagangan adalah kunci utama bagi keputusan investasi jangka panjang (Bhagwati, 2002).
BACA JUGA:Cetak Sejarah Borong Medali, Atlet PASI Kota Juara Umum Kejurprov
Stabilitas dan prediktabilitas ini, meskipun dengan tarif yang ada, jauh lebih berharga daripada tarif rendah yang dibayangi oleh risiko fluktuasi kebijakan yang tak terduga. Ini merupakan fondasi kuat untuk perencanaan investasi dan produksi jangka panjang.
Ketika Presiden Trump menyatakan AS akan mendapatkan "akses penuh ke Indonesia," secara inheren ini juga menyiratkan bahwa produk-produk Indonesia berpotensi mendapatkan akses yang lebih jelas, atau setidaknya lebih mudah, ke pasar Amerika Serikat.
Mengingat ancaman tarif 32 persen sebelumnya yang dapat menutup pintu pasar AS sepenuhnya, tarif 19% ini membuka kembali peluang.
Produk Indonesia masih berkesempatan untuk bersaing, terutama jika kita mampu meningkatkan efisiensi produksi dan nilai tambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: