Terlihat Keren, Tapi Diam-Diam Mematikan! Ini Fakta Mengerikan di Balik Vape

Terlihat Keren, Tapi Diam-Diam Mematikan! Ini Fakta Mengerikan di Balik Vape

Vape dan Remaja: Ancaman Diam-diam di Balik Asap Wangi-IST-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Di tengah derasnya arus tren gaya hidup modern, rokok elektrik atau yang lebih populer dengan sebutan vape telah menjadi pilihan baru bagi sebagian besar anak muda. Dikemas dengan rasa buah-buahan, asap yang tebal, dan desain alat yang trendi, vape tampak seperti solusi ‘aman’ bagi mereka yang ingin tampil keren tanpa risiko besar seperti rokok konvensional.

Sayangnya, di balik aroma stroberi dan asap vanilla yang memikat, tersembunyi ancaman kesehatan yang bisa berdampak jangka panjang bahkan fatal.

Vape sering dipasarkan sebagai alternatif "lebih sehat" dari rokok biasa. Padahal, berbagai penelitian medis terbaru justru mengungkapkan hal sebaliknya. Zat cair dalam vape mengandung nikotin senyawa adiktif yang sama berbahayanya seperti dalam rokok tembakau.

Bagi anak muda yang otaknya masih dalam masa perkembangan, nikotin bisa menyebabkan gangguan konsentrasi, kecanduan, hingga perubahan suasana hati yang ekstrem.

BACA JUGA:Ekstrovert dalam MBTI: Sosok Ceria yang Kadang Terlalu Terbuka

BACA JUGA:Melly Mike ke Riau! Penyanyi Young Black & Rich Bakal Guncang Pacu Jalur 2025

Lebih dari itu, vape juga mengandung zat kimia lain seperti propilen glikol, gliserin, dan perisa sintetis yang ketika dipanaskan akan berubah menjadi partikel beracun.

Partikel-partikel ini masuk ke paru-paru dan menyebabkan iritasi, peradangan, bahkan dalam kasus tertentu, kerusakan paru-paru akut atau dikenal sebagai EVALI (E-cigarette or Vaping Use-Associated Lung Injury).

Tragisnya, tren ini banyak menyasar kalangan remaja dan pelajar. Banyak dari mereka memulai tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka hirup. Ironis, ketika generasi muda seharusnya tumbuh sehat dan produktif, mereka justru terjebak dalam kabut asap gaya hidup yang membahayakan.

Penelitian dari berbagai lembaga kesehatan menunjukkan peningkatan penggunaan vape di kalangan pelajar SMA dan mahasiswa dalam lima tahun terakhir, bahkan banyak yang menggunakannya secara sembunyi-sembunyi.

BACA JUGA:Drawing Kualifikasi Piala Dunia: Indonesia di Pot 3, Ini Lawan Berat yang Bakal Dihadapi?

BACA JUGA:Jangan Operasi Rahang Sebelum Pasang Behel! Ini Penjelasan Dokter

Lebih menyedihkan lagi, sebagian remaja justru mulai dengan vape dan berakhir menjadi perokok aktif. Vape menjadi pintu masuk menuju kecanduan nikotin, bukan pintu keluar.

Mereka yang awalnya hanya coba-coba akhirnya tak bisa berhenti, dan terus mencari kadar nikotin yang lebih tinggi.

Sebagai jurnalis yang juga bagian dari masyarakat, saya melihat persoalan ini bukan hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga dari sisi sosial.

Vape bukan hanya merusak tubuh, tetapi juga menciptakan ketergantungan yang mengganggu prestasi belajar, hubungan sosial, hingga potensi masa depan generasi muda.

BACA JUGA:Kurang Tidur? Ini 5 Cara Ampuh Agar Tubuh Tetap Berenergi dan Fokus Seharian

BACA JUGA:Astra Honda Optimis Bawa CBR Dominasi ARRC Motegi

Pemerintah memang telah mengatur penjualan vape, namun penegakan hukum masih lemah. Edukasi pun belum merata, sehingga banyak orang tua tidak tahu bahwa anak mereka telah menjadi pengguna.

Ini adalah panggilan untuk semua pihak: orang tua, guru, pemerintah, dan tentu saja media, untuk bersatu memberikan edukasi dan perlindungan.

 

Vape bukan solusi, apalagi untuk generasi muda. Ini adalah jebakan yang dibungkus dalam aroma buah-buahan. Dan jika kita tidak segera bertindak, kita akan kehilangan lebih banyak anak muda bukan karena perang atau bencana, tapi karena ketidaktahuan akan bahaya yang mereka hirup setiap hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: