Dosen Unja: Pemberdayaan Masyarakat Bidang Konservasi Tembesu Rawa dan Cerlang di Desa Pulau Betung

Dosen Unja: Pemberdayaan Masyarakat Bidang Konservasi Tembesu Rawa dan Cerlang di Desa Pulau Betung

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat -Ist/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Desa Pulau Betung yang terletak di Kecamatan Pemayung, berhasilkan menciptakan trobosan signifikan dalam upaya konservasi sumberdaya lokal, khususnya tembesu rawa (Fagraea fragrans) dan kayu cerlang (Pterospermum diversifolium), melalui program pemberdayaan masyarakat Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan.

Kegiatan pemberdayaan tidak hanya bertujuan untuk menjaga habitat alam dan mencegah kepunahan spesies lokal, tetapi juga menjaga ketersediaan bahan baku usaha ukiran kayu yang secara tidak langsung dapat memberdayakan ekonomi masyarakat setempat.  

Ketua Pelaksana Program, Bapak Dr. Hamzah menjelaskan “Kami percaya bahwa keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan ekonomi dapat dicapai secara bersamaan. Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat Desa Pulau Betung untuk terlibat aktif dalam program konservasi ini”.

Masyarakat desa telah dilibatkan dalam pelatihan mengenai teknik perbanyakan tanaman baik secara generatif dan vegetatif, dimulai dari mendapatkan benih dan bahan perbanyakan, masyarakat juga diberikan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan tembesu rawa dan kayu cerlang dalam ekosistem lokal.

BACA JUGA:Ini Lho Sisi Unik Zodiak Sagitarius yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

BACA JUGA:5 Zodiak yang Paling Disenangi di Tahun 2024, Pesonanya Memancar

Pak Jang Te, seorang pengrajin di Desa Pulau Betung, menyatakan, “Meningkatnya pesanan ukiran kayu memasuki awal tahun 2000-an mengakibatkan bahanbaku kayu lokal tembesu rawa dan kayu cerlang lama kelamaan menurun jumlah populasinya, sedangkan kami tidak ada upaya menanam kembali, saat ini tak banyak masyarakat yang masih bertahan pada profesinya sebagai pengrajin ukiran kayu, walaupun permintaan pasar masih sangat tinggi”.

Kayu tembesu rawa dan kayu cerlang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri menjadi bahan baku utaa untuk kerajinan kayu.  Upaya pelestarian jenis kayu lokal ini diharapkan dapat menjadi jawaban atas permasalahan sulitnya mendapatkan bahan baku, sejalan dengan menjadikan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat.

Sekdes Desa Pemayung, Bapak Imron menyampaikan apresiasinya, “Ini adalah langkah yang sudah lama kami nanti, sejalan dengan harapan kami agar persediaan kayu-kayu lokal tersebut bisa kembali tersebar dengan merata di seluruh wilayah desa, karena tidak hanya berdampak posotif pada lingkungan, tetapi juga memberikan persediaan kayu dan usaha ukiran kayu Pulau Betung kembali bisa meningkat dan dapat menjadi icon bagi wilayah Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi”. 

Dr. Hamzah menerangkan bahwa Desa Pulau Betung merupakan wilayah desa ini didominasi oleh ekosistem rawa, yang juga berdekatan dengan Sungai Batang Hari.

BACA JUGA:Pangdam II/Swj Buka Hotline Pengaduan Netralitas TNI dalam Pemilu 2024, Warga Silakan Lapor ke Nomor Ini

BACA JUGA:Gelar Rakor Penanggulangan Bencana Banjir, Ini Langkah yang Diambil Pemkot Jambi

Pada tipe ekosistem rawa inilah tempat tumbuh spesies lokal tembesu rawa (Fagraea fragrans) dan kayu cerlang (Pterospermum diversifolium) yang diolah menjadi ukuran kayu. Desa Pulau Betung merupakan salah satu wilayah persebaran alami dari spesies tumbuhan ini yang ada di Provinsi Jambi. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Pulau Betung ini menjadi contoh bagi desa-desa lain yang ingin menggabungkan konservasi alam dan pengembangan ekonomi lokal.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: