Efek NTP di Provinsi Jambi, Nyata atau Tidak

Efek NTP di Provinsi Jambi, Nyata atau Tidak

Dr. Noviardi Ferzi --Jambi-independent.co.id

BACA JUGA:Terungkap, Hasil Pemeriksaan Terkait Batalnya Pembangunan RS Talang Banjar di Eks Graha Lansia Kota Jambi

Dalam catatan penulis NTP Provinsi Jambi sebenarnya secara umum masih rendah, perubahahan NTP tidak membuat perubahan yang berarti, apalagi NTP di Provinsi Jambi tergolong berfluktuasi. 

Kondisi ini menggambarkan bahwa rata-rata petani di Jambi belum sejahtera, meski mengalami kenaikkan NTP tidak menaikkan tingkat kesejateraan, karena NTP yang tergolong rendah, walaupun mengalami peningkatan nilainya masih rendah. 

Buktinya lainnya, kenaikan NTP pada Januari 2022 Provinsi Jambi disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal, pertanyaanya, bagaimana mau meningkatkan konsumsi jika harga barang juga naik, artinya NTP naik, Inflasi juga meningkat.

Hasil ini Nurjihadi & Dharmawan, (2016), peningkatan NTP di ikuti sisi penawaran yang rendah yang menyebabkan pendapatan rendah, penumpukan hutang petani dan kemampuan akumulasi modal yang sangat terbatas yang dipunyai oleh para petani. 

BACA JUGA:Simak, Ini Cara Cek BI Checking Sendiri dari HP

BACA JUGA:Widi Vierratale Diadukan ke Bareskrim Polri, Ini Kasusnya

Selanjutnya, saya ingin meluruskan fakta dan pemahaman bahwa NTP hanya salah satu indikator kesejahteraan petani yang mempunyai banyak kelemahan, fakta ini kurang dipahami dengan baik oleh para pengkaji, peneliti dan pengamat.

Pasalnya, NTP yang dihitung dari rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayarkan petani, mencakup seluruh pengeluaran rumah tangga petani termasuk biaya produksi, sekolah, berobat, membeli sandang, papan dan lainnya sehingga tidak mencerminkan pengeluaran riil dari usahanya.

Sebagai respon atas kelemahan NTP, maka digunakan juga indikator Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yaitu rasio indeks harga yang diterima petani dari usaha pertanian dengan indeks harga yang dibayarkan petani untuk pengeluaran usaha pertanian. NTP dan NTUP di atas 100 menunjukkan petani surplus, sama dengan 100 berarti impas dan di bawah 100 berarti petani rugi atau defisit.

Mengingat indeks harga berfluktuasi secara harian dan bulanan, maka untuk melihat kemampuan daya beli petani atau tingkat kesejahteraan semestinya tidak hanya membandingkan nilai NTP dan NTUP dalam kurun waktu sesaat saja (bulanan), melainkan dihitung rerata dalam waktu lebih panjang (tahunan). 

BACA JUGA:Waduh, Pemprov Jambi Disomasi Terkait Lahan Pembangunan Stadion Center

BACA JUGA:KPU Buka Pendaftaran Anggota PPS dan PPK, Ayo Daftar Ini Syarat dan Ketentuannya

Menganalisis kesejahteraan petani dalam kurun waktu pendek akan menyesatkan karena bisa terjadi bulan ini petani dianggap tidak sejahtera karena NTP dan NTUP turun dan bulan depan berubah drastis menjadi sejahtera karena NTP dan NTUP naik.

Oleh karena itu, analisis NTP dan NTUP sebaiknya minimal satu musim tanam untuk petani tanaman semusim dan dan tahunan untuk petani tanaman tahunan. Kesimpulan, meski bukan satu - satunya indikator kesejahteraan yang relevan, NTP tetap sangat perlu ditingkatkan, karena ini salah satu pondasi ukuran kesejahteraan yang standar dan berlaku umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: