Ini 5 Bisnis yang Tahan Banting saat Resesi
Ilustrasi wanita dan kosmetik-Foto: Ricardo-JPNN.com
JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pemerintah sudah mewanti wanti dan meminta masyarakat waspada akan adanya badai resesi global.
Resesi dan ketidakpastian ekonomi global kemungkinan terjadi pada 2023.
Jika itu datang, ekonomi yang tidak stabil, kenaikan harga sembako, dan naiknya angka kemiskinan bukan lagi hal yang aneh.
Namun, jangan takut amat. Beberapa usaha atau bisnis bisa bertahan di masa resesi.
BACA JUGA:Bertambah Menjadi 135, Korban Tragedi Kanjuruhan Farzah Dwi Kurniawan Meninggal Dunia
BACA JUGA:Apif Firmansyah Resmi Dipecat Sebagai Anggota DPRD Provinsi Jambi, Ini Penggantinya
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan beberapa usaha yang mungkin masih bisa bertahan dan menguntungkan selama resesi di antaranya, yakni bisnis kosmetik dan perawatan tubuh seperti dikutip dari JPNN.com
Menurut Bhima, resesi justru membuat masyarakat lebih memperhatikan penampilan tubuh.
"Ada kecenderungan terjadi booming perawatan kulit dan tubuh. Itu didukung dengan mobilitas sudah longgar," ujar Bhima pada Senin 24 Oktober 2022.
Bisnis ketiga selain kosmetik dan perawatan tubuh/kulit ialah informasi dan komunikasi, seperti pusat data, komputasi, dan artificial intelligence (AI).
BACA JUGA:Balita Gagal Ginjal Akut Dinyatakan Sehat di RSMH Palembang
BACA JUGA:Ngeri, Warga Betara di Tanjab Barat Ini Tewas Ditelan Ular Piton
"Arah digitalisasi ke depan mempercepat adaptasi perusahaan tradisional di era digital.
Bisnis ke-4, usaha konsultasi atau perencana keuangan, khususnya pengatur keuangan rumah tangga.
"Konsultasi psikologis banyak dibutuhkan karena para pekerja stres tertekan atau menjadi korban PHK," kata Bhima.
Lima, bisnis terakhir. Makanan & minuman atau food and beverage (FnB).
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Pemukiman Warga di Panglima Ujung Kuala Tungkal Kebakaran
BACA JUGA:Ini Tips Menghadapi Ancaman Resesi Ekonomi Global
"FnB yang berbasis penganan lokal bisa lebih bertahan dibanding yang bahan bakunya impor. Ini terkait dengan pasokan komoditas luar negeri," tutur Bhima. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com