Jajaran SMAN TT akan Dievaluasi, Sanksi Tegas Menanti Pelaku Pengeroyokan
Ilustrasi --
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Dinas Pendidikan Provinsi JAMBI memastikan akan memberi sanksi tegas kepada siswa yang terlibat kasus pengeroyokan di SMA Titian Teras Abdurrahman Sayuti JAMBI pada Minggu 31 Juli 2022 lalu.
Hal ini di katakan oleh Kepala Bidang Pembinaan SMA di Dinas Pendidikan Provinsi JAMBI, Misrinadi. Ia menyebut bahwa sanksi terberat itu bisa sampai dikembalikan kepada orang tua atau dikeluarkan.
"Hari ini juga Kepala Sekolah sudah memanggil orang tua pelajar yang bersangkutan, sanksi terberatnya bisa dikembalikan kepada orang tua," sebutnya pada Jumat, 5 Agustus 2022 saat diwawancarai.
Sementara itu, dikatakan oleh Misrinadi bahwa dirinya baru berkomunikasi dengan kepala SMA TT JAMBI melalui telepon seluler. Ia belum bertemu dengan Kepala SMA TT JAMBI.
BACA JUGA:Rayakan HUT RI, Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera di Medan Disambut Antusias Masyarakat
BACA JUGA:Wakil Ketua MPR RI Sebut Kapolri Sudah Tegas Menangani Kasus Brigadir J
"Kalau kronologi lengkapnya, berapa pelakunya dan bagaimana lukanya kita belum tau, tapi sudah diobati," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Misrinadi memastikan akan melakukan evaluasi terhadap jajaran sekolah tersebut.
"Jika nanti sudah ada laporan tertulis kepada Kepala Dinas, nanti pasti akan ada evaluasi kepada Kepala Sekolah, Guru dan semua jajaran sekolah," pungkasnya.
Sementara itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Provinsi Jambi turun langsung ke SMA Titian Teras Jambi terkait dengan adanya pengeroyokan tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas DP3AP2, Luthpiah saat dikonfirmasi.
BACA JUGA:Duh, Geng Motor Jambi Masih Berkeliaran, Akhirnya Pengangguran Ini Ditangkap Polisi
BACA JUGA:Hari Ini Diperiksa Lagi, Roy Suryo Bakal Ditahan?
Luthpiah mengungkapkan bahwa dalam pengeroyokan ini yang menjadi korban adalah satu orang. Sementara untuk jumlah pelaku pengeroyokan dikatakan oleh Luthpiah lebih dari beberapa orang, karena menurutnya hal tersebut tidak ditanyakan pada saat kunjungan, karena fokus pada pendalaman korban.
"Tadi pagi tim kita dari PPA sudah turun ke SMA Titian Teras terkait dengan pengeroyokan anak-anak itu. Memang benar pengeroyokan itu dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelas, itu korban satu orang," ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Luthpiah saat ini siswa yang menjadi korban pengeroyokan tersebut kembali ke rumahnya. Disisi lain, pada pembicaraan dengan pihak sekolah, akan ada sanksi yang diberikan kepada pelaku pengeroyokan.
"kita belum tahu juga sanksi nya seperti apa. Kalau juga nanti sanksinya di keluarkan anak-anak itu, kita harus juga mikir apakah sekolah lain siap menerima anak-anak yang bermasalah tersebut. Itu yang juga harus kita pikirkan," terangnya.
BACA JUGA:KIB Daftar ke KPU Bersama, Airlangga: Chapter Baru dan Bukti Kami Tetap Solid
BACA JUGA:Ayah Mendiang Brigadir J Tiba di Jambi, Kuasa Hukumnya Sampaikan Hal Ini
"Tim kita juga sudah menyampaikan kepada kepala sekolah seperti itu. Karena tidak semudah itu kita mengeluarkan anak tersebut tanpa solusi, apalagi ini anak kelas XII. Apalagi mereka kan sudah mau persiapan ujian, makanya tadi kita sampaikan seperti itu," tambahnya.
Luthpiah menyebut bahwa jika memang nantinya akan ada sanksi tegas berupa pemberhentian siswa pihak sekolah juga harus bijaksana memikirkan solusi terbaik kepada siswa tersebut. Karena menurutnya jika diberhentikan tanpa ada solusi, maka ini akan menimbulkan masalah baru.
"Kita tidak jnginkan anak itu diberhentikan namunmereka tidak tahu di mana, malah ini menjadi masalah baru lagi. Tadi makanya kita minta pihak sekolah harus bijaksana menyikapi ini," ucapnya.
Pada saat tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) turun ke SMA TT Jambi, dikatakan oleh Luthpiah bahwa pihaknya menilai antara jumlah murid dengan pengawas itu tidak imbang.
BACA JUGA:Ketua Forum Guru Honorer Jambi Sebut Kerja Mereka Lebih Banyak dari Guru PNS
BACA JUGA:Ditombak Penjahat, Polisi Jambi Dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa, Jadi Kompol
"Jumlah murid 800an, harusnya atau setidaknya berimbang antara jumlah murid. Mungkin satu pengawas untuk sepuluh hingga 20 anak," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Luthpiah bahwa dengan jumlah pengawas yang seimbang, maka setidaknya dengan adanya pengawas yang cukup ini bullying atau perundungan ini bisa di tekan.
"Kemudian juga mungkin selama ini kita mikirnya kan sekolah itu (SMA TT Jambi) harus semi militer, tapi semi militer juga bukan harus melakukan perundungan, mungkin dari pihak kami dalam waktu dekat akan turun lagi memberikan sosialisasi terhadap anak-anak di sana," pungkasnya. (dra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: