Terdampak Gejolak Geopolitik,Harga Emas Hari Ini Berbalik Loyo

Terdampak Gejolak Geopolitik,Harga Emas Hari Ini Berbalik Loyo

Harga emas menurun dampak perang Ukraina. Foto : ilustrasi--

JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Harga emas berbalik melemah dari kenaikan sehari sebelumnya menjelang kenaikan suku bunga Federal Reserve. Harga emas turun tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), 5 Mei 2022.
 
Salah satu penyebab penurunan harga emas ini karena terdampak perang di Ukraina yang berkelanjutan dan inflasi tinggi.
 
Emas berjangka anjlok USD 48,10 atau 2,52 persen menjadi USD 1.863,6 per ounce pada Senin (2/5/2022), setelah melonjak USD 20,4 atau 1,08 persen menjadi USD 1.911,70 pada Jumat, 29 April 2022.
 
 
 
Harga emas berjangka anjlok tak lama setelah The Fed mengakhiri pertemuan kebijakan moneternya dan mengumumkan untuk menaikkan suku bunga setengah poin persentase dan meluncurkan penjualan stok obligasi USD 9 triliun mulai Juni.
 
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, turun tipis USD 1,8 atau 0,10 persen, menjadi ditutup pada USD 1.868,80 per ounce, setelah menguat USD 7 AS atau 0,38 persen menjadi USD 1.870,6 per ounce di sesi sebelumnya.
 
Investor memperkirakan lebih banyak kenaikan suku bunga di waktu mendatang karena Federal Reserve berusaha mengendalikan inflasi yang berjalan pada level terpanas sejak awal 1980-an.
 
 
 
Data ekonomi yang dirilis pada Rabu (4/5) beragam. Indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa AS dari Global S&P turun menjadi 55,6 di April dari 58,0 di Maret, terendah tiga bulan, tetapi sedikit di atas pembacaan awal 54,7 seperti yang dikutip dari jpnn.com
 
Laporan ketenagakerjaan Automated Data Processing Inc. menunjukkan perusahaan swasta menambahkan hanya 247 ribu pekerja pada April. Angka itu di bawah ekspektasi untuk kenaikan 395 ribu dan dibandingkan dengan angka revisi 479 ribu yang ditambahkan pada Maret.
 
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas sektor jasa turun 1,2 poin persentase dari Maret menjadi 57,1 persen. (Viz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: