Dengar Curhatan Pedagang, Kasatpol PP Kota Jambi Tak Kuasa Menahan Tangis

Dengar Curhatan Pedagang, Kasatpol PP Kota Jambi Tak Kuasa Menahan Tangis

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI - Minggu (18/7) sore, menjadi hari yang berbeda untuk Kepala Satpol PP Kota Jambi, Mustari Affandi. Sebagai penegak yustisi, Ia tak hanya menerapkan instruksi selama PPKM Mikro. Namun, juga mendengarkan keluh kesah masyarakat, khususnya para pedagang di kawasan Tugu Keris Siginjai Kota Jambi.

Mustari mengatakan, usai mendatangi sebuah acara, dia melihat sekelompk pedagang. Hatinya pun tegerak untuk berbagi nasi dengan para pedagang. Ternyata, pedagang mencoba melarikan diri dan berusaha untuk menjauh saat melihat kendaraan Satpol PP berhenti di area tersebut.

Dalam video berdurasi 3 menit, Mustari terlihat berbincang dengan pedagang sembari memberikan nasi kotak. Pedagang tersebut bercerita, bahwa saat pandemi ini, Ia dibantu berjualan oleh anaknya. Bahkan, hingga sore tiba, belum mendapatkan penghasilan dan belum makan.

"Itu yang bikin terenyuh dan rasa ingin menangis," sebut Mustari.

Bahkan, kata Mustari, ada pula pedagang yang tak mau mendekat. Setelah diberi penjelasan, bahwa pihaknya hanya ingin berbagi nasi sekaligus mengingatkan jam operasional, para pedagang barulah mendekat.

“Tadi ada yang terjatuh ya, kenapa ibu sampai terjatuh,” tanya Mustari kepada pedagang.

“Saya takut pak, saya kira akan ada razia pembongkaran, makanya saya bergegas untuk membereskan seluruh dagangan dan menutupnya segera,” ujar pedagang.

“Makan tak bisa ditunda pak, bagaimana kami pak. Kami tadi berusaha menghindar pak, kami takut kalau udah melihat seragam bapak,” ungkap ibu-ibu.

Mendengar itu, Mustari menyebut bahwa penegakkan peraturan ini bukan keinginan pihaknya. "Kami sedang menjalankan tugas. Kami sungguh tak ingin kondisi seperti ini. Kita bersama-sama berjuang, kita berharap pandemi covid-19 segera usai. mari kita pakai maskernya ya. Disiplin prokes dan nanti pukul 17.30 sudah dibereskan dan tutup ya,” bebernya.

Mustari, sembari mendengarkan dan menjelaskan kepada para pedagang terlihat mulai tak kuasa menahan gejolak hatinya. Terutama saat ibu-ibu menuturkan dagangan mereka sepi, terkadang untuk makan sehari-hari menipis.(*/tav)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: