b9

Warisan Alam dan Budaya Jambi Butuh Ekosistem, Bukan Sekadar Event

Warisan Alam dan Budaya Jambi Butuh Ekosistem, Bukan Sekadar Event

Yulfi Alfikri Noer -ist/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pariwisata tidak lagi dapat dipandang sebagai sektor pelengkap dalam pembangunan daerah, melainkan telah bertransformasi menjadi salah satu pengungkit utama pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya, dan penciptaan lapangan kerja.

Secara nasional, arah kebijakan pembangunan pariwisata Indonesia menekankan pentingnya experience-based economy, ekonomi berbasis pengalaman dengan menjadikan kekayaan budaya dan alam sebagai fondasi utama pengembangan sektor unggulan.

Namun, pertanyaannya, sejauh mana Provinsi Jambi, dengan segala kekayaan sejarah, keunikan budaya, dan pesona alamnya, telah mengelola potensi pariwisata secara strategis, terencana, dan berkelanjutan?

Potensi Wisata Jambi: Alam, Budaya, dan Identitas Lokal

Potensi pariwisata Jambi sesungguhnya luar biasa.

BACA JUGA:Rojali dan Rohana di Mal: Cermin Perubahan Ekonomi dan Pola Konsumsi

Dari situs purbakala Candi Muaro Jambi yang disebut sebagai kompleks percandian Buddha terluas di Asia Tenggara dan telah masuk daftar tentatif warisan dunia UNESCO, hingga kawasan ekowisata seperti Danau Kerinci dan Gunung Kerinci yang menjadi primadona wisata alam Sumatera.

Jambi memiliki kekayaan destinasi yang khas dan autentik.

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang merupakan habitat Harimau Sumatra dan bagian dari kawasan konservasi dunia, turut memperkuat posisi Jambi sebagai destinasi ekowisata berkelas internasional.

Fenomena alam Bukit Khayangan yang menyajikan panorama "negeri di atas awan", serta Desa Wisata Lempur yang berhasil memadukan kekayaan budaya lokal dengan ekowisata berbasis masyarakat, merupakan contoh konkret bagaimana kearifan lokal dapat menjadi kekuatan pariwisata berkelanjutan.

BACA JUGA:Tim SAR Cari 1 Orang yang Hilang, Akibat Tabrakan Kapal Motor dan Pompong di Perairan Nipah Panjang

Jambi juga memiliki Geopark Merangin, yang menyimpan jejak fosil tertua di Asia Tenggara dan menyajikan potensi geowisata bernilai tinggi.

Tak kalah penting, terdapat Taman Nasional Bukit Duabelas, kawasan seluas 605 km² yang menjadi benteng terakhir hutan hujan tropis dataran rendah di Jambi sekaligus wilayah hidup komunitas adat Orang Rimba.

Kawasan ini bukan hanya penting bagi konservasi biodiversitas, tetapi juga menyimpan nilai sosial dan budaya yang tak ternilai suatu daya tarik otentik yang langka dalam peta wisata nasional.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait