JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Di era digital yang semakin maju, YouTube tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan dan edukasi, tetapi juga menjadi ruang perkembangan bagi jutaan remaja di Indonesia.
Dengan populasi lebih dari 46 juta remaja yang hidup dalam perpaduan aktivitas online dan offline, isu kesehatan mental serta keamanan digital kini semakin mendapat perhatian serius.
Melihat besarnya pengaruh platform terhadap generasi muda, YouTube meluncurkan strategi baru yang berfokus pada terciptanya ruang digital yang aman, sehat, dan mendukung perkembangan remaja.
BACA JUGA:Aksi Nyata Asian Agri di Jambi: Donor Darah, Penghijauan, dan Edukasi untuk Masyarakat
Pendekatan yang digunakan YouTube dikenal dengan konsep Safer by Default, yaitu desain sistem dan fitur yang dibuat untuk otomatis lebih aman, terutama bagi pengguna muda.
Selain itu, YouTube bekerja sama dengan pihak otoritatif di bidang kesehatan mental di Indonesia untuk memastikan platformnya benar-benar memberikan dukungan yang positif bagi remaja.
Salah satu langkah nyata yang diterapkan adalah penguatan fitur manajemen waktu. YouTube sebelumnya telah memiliki pengingat "Take a Break" dan "Bedtime" bagi pengguna di bawah 18 tahun, namun kini fitur tersebut diperluas agar lebih personal dan efektif.
Salah satunya adalah fitur pembatas durasi harian khusus untuk konten Shorts, yang memungkinkan remaja menentukan batas waktu menonton.
BACA JUGA:Telkomsel Terus Kembangkan Infrastruktur dan Layanan Digital
Begitu batas tersebut tercapai, alur video akan berhenti dan sistem memberikan notifikasi untuk beristirahat.
Pada akhir tahun, fitur pengaturan waktu ini juga akan terintegrasi dengan akun yang diawasi oleh orang tua sehingga batas waktu yang dibuat tidak dapat diabaikan oleh pengguna remaja.
Selain pengaturan waktu, YouTube juga meningkatkan sistem rekomendasi konten agar lebih aman dan mendukung kesehatan mental.
Jika sebelumnya YouTube hanya membatasi tiga kategori konten yang berpotensi berdampak negatif, kini jumlahnya diperluas menjadi enam kategori. Konten seperti perbandingan fisik, agresi sosial, hingga saran finansial yang tidak realistis akan semakin jarang direkomendasikan kepada remaja.
BACA JUGA:Mentan Tegaskan Koordinasi dengan Gubernur Aceh soal Penyegelan 250 Ton Beras Ilegal di Sabang
Langkah ini bertujuan mengurangi risiko konsumsi konten berulang yang dapat memengaruhi kondisi emosional dan persepsi diri mereka.