JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Geng narkoba paling berpengaruh di Rio de Janeiro, Red Command atau Comando Vermelho (CV), tengah menjadi sorotan dunia setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva meluncurkan operasi besar-besaran untuk menumpas jaringan tersebut.
Operasi yang dilakukan aparat keamanan Brasil ini berlangsung sangat keras dan menewaskan sedikitnya 132 orang, sebagian besar diduga anggota geng.
Suasana mencekam tampak di sejumlah wilayah kumuh di Rio, tempat ratusan jenazah bergelimpangan di jalanan pasca operasi militer tersebut.
Pihak berwenang menyebut sejumlah anggota kunci Red Command berhasil ditangkap. Selama beberapa tahun terakhir, kelompok ini dikenal kerap terlibat bentrokan dengan geng saingannya, Primeiro Comando da Capital (PCC), dalam perebutan wilayah kekuasaan di Brasil.
Presiden Lula menegaskan, negara tidak boleh membiarkan kejahatan terorganisir merusak kehidupan masyarakat dengan penyebaran narkoba dan kekerasan.
Namun, aksi brutal aparat ini memicu kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk PBB dan aktivis HAM, lantaran banyak tersangka yang tewas tanpa proses hukum.
BACA JUGA:Dari Awal Tahun hingga Oktober, 309 WNA di Bali Dinyatakan Terlibat Kasus Pidana
Red Command sendiri dikenal sebagai organisasi kriminal tertua di Brasil. Geng ini berawal dari kerja sama antara narapidana politik dan kriminal di masa rezim militer 1964-1985, ketika mereka disatukan di penjara Candido Mendes di Pulau Ilha Grande, Rio de Janeiro.
Awalnya, kelompok ini membentuk organisasi bernama Falange Vermelha, yang berarti “Barisan Merah”. Namun, seiring waktu, ideologi politik mereka memudar dan berubah menjadi sindikat kejahatan murni.
Pada akhir 1970-an, Red Command mulai berkembang di luar penjara dengan melakukan perampokan dan pencurian untuk mendukung rekan-rekan mereka di balik jeruji.
Memasuki dekade 1980-an, mereka beralih ke bisnis narkoba dan bekerja sama dengan kartel Kolombia. Dalam waktu singkat, kelompok ini tumbuh menjadi jaringan yang kuat dan terorganisir, bahkan menguasai lebih dari setengah wilayah keras di Rio pada pertengahan 2000-an.
BACA JUGA:Prabowo Ajak APEC Perkuat UMKM dan Lawan Kejahatan Lintas Batas demi Ekonomi Inklusif
Selain itu, Red Command juga memiliki pengaruh kuat di berbagai penjara Brasil, terutama di wilayah Amazonas dan Mato Grosso, serta menjalin hubungan erat dengan Bolivia sebagai sumber utama pasokan kokain.
Meski kini kekuatan mereka mulai melemah akibat operasi militer dan persaingan dengan kelompok lain seperti PCC, Red Command masih mempertahankan kendali di banyak favela (permukiman miskin).