NTT Darurat HIV/AIDS, Ratusan Pelajar dan Mahasiswa Terdampak Akibat Gaya Hidup Berisiko

Kamis 23-10-2025,08:00 WIB
Reporter : nazila
Editor : nazila

JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Kupang mencatat hingga September 2025 terdapat sebanyak 2.539 kasus HIV/AIDS. Data tersebut menunjukkan bahwa kelompok pelajar dan mahasiswa justru menempati posisi tertinggi sebagai penderita, melampaui jumlah wanita pekerja seks langsung (WPSL).

Sekretaris KPAD Kota Kupang, Julius Tanggu Bore, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut.

Ia menyebut, fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena KPAD menemukan praktik prostitusi yang melibatkan pelajar tingkat SMP.

BACA JUGA:Di Kabupaten Sarolangun, Satgas Pengendalian Harga Beras Provinsi Jambi Temukan Selisih Harga Jual dengan HET

Dari total kasus, sebanyak 254 kasus berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa, sementara WPSL tercatat sebanyak 203 kasus.

Rincian profesi pengidap HIV/AIDS di Kota Kupang menunjukkan bahwa pekerja swasta menempati urutan pertama dengan 889 kasus (35%), disusul oleh ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 406 kasus (16%), kemudian pelajar dan mahasiswa sebanyak 254 kasus (10%), WPSL sebanyak 203 kasus (8%), dan lain-lain atau profesi tidak spesifik sebanyak 432 kasus (17%).

Secara wilayah, kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di Kecamatan Oebobo dengan 533 kasus (21%), Kelapa Lima sebanyak 508 kasus (20%), Maulafa 482 kasus (19%), Alak 432 kasus (17%), Kota Lama 305 kasus (12%), dan Kota Raja 279 kasus (11%).

BACA JUGA:PJHB Resmi Gelar IPO, Target Himpun Dana Rp158 Miliar untuk Bangun Tiga Kapal Baru

Julius mengungkapkan bahwa pihaknya telah melaporkan kepada Wali Kota Kupang mengenai praktik prostitusi di kalangan pelajar.

Berdasarkan hasil penelusuran, jumlah sekolah yang terlibat lebih banyak dari yang sebelumnya diberitakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A).

Beberapa pelajar bahkan mengaku melayani 3 hingga 8 orang per hari dengan tarif Rp50 ribu per transaksi, dan sebagian besar tidak menggunakan alat pengaman karena takut kehilangan pelanggan.

BACA JUGA:Wuling Cloud EV Dominasi Pasar Mobil Listrik Hatchback, Terjual 1.955 Unit Sepanjang 2025

Temuan KPAD ini juga didukung oleh data DP3A Kota Kupang, yang sebelumnya menemukan praktik prostitusi antarpelajar melalui grup WhatsApp SMP se-Kota Kupang.

Kepala DP3A, Marciana Halek, menyebut terdapat 8 SMP yang terindikasi terpapar kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE), mencakup penyebaran konten asusila hingga prostitusi online.

Marciana menilai, faktor utama anak-anak terjerumus ke dalam perilaku menyimpang ini adalah hilangnya figur ayah (fatherless) dalam keluarga.

Kategori :