Hamas Meminta Trump Menjamin Perdamaian Abadi di Timur Tengah

Rabu 08-10-2025,20:01 WIB
Reporter : nazila
Editor : nazila

JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, menyampaikan bahwa pihaknya menuntut jaminan langsung dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta negara-negara pendukung lainnya agar konflik di Gaza benar-benar berakhir untuk selamanya.

Hal ini diungkapkannya dalam perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel yang digelar di Mesir.

Dalam wawancara dengan media pemerintah Mesir, Al-Qahera News, El-Hayya menegaskan ketidakpercayaan kelompoknya terhadap Israel.

“Kami tidak percaya pada pendudukan, bahkan sedetik pun,” ujarnya.

BACA JUGA:Teng! Aturan Truk Tak Boleh Sembarangan Isi BBM Solar di SPBU Kota Jambi Dimulai Hari Ini, Polisi Ikut Awasi

Ia menuduh Israel telah melanggar dua kali kesepakatan gencatan senjata selama perang di Gaza, sehingga Hamas kini menuntut adanya jaminan nyata agar konflik tidak kembali terulang.

Selain menyerukan jaminan perdamaian, Hamas juga mengajukan tuntutan pembebasan sejumlah tahanan Palestina terkemuka, termasuk Marwan Barghouti, yang telah mendekam di penjara Israel sejak tahun 2002.

Tuntutan ini menjadi bagian dari negosiasi pertukaran sandera dan tahanan yang saat ini tengah dibahas di Mesir.

BACA JUGA:Pembangunan Jalan Tol Betung–Jambi Seksi 1A Sudah 49 Persen, Waktu Tempuh Jambi-Palembang Makin Singkat

Menurut laporan Al-Qahera News, perundingan yang dipimpin oleh mediator Mesir berlangsung di kota resor Sharm El-Sheikh.

Agenda utama pembahasan mencakup daftar narapidana Palestina yang akan dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Selain Barghouti, beberapa nama penting lain yang disebutkan Hamas adalah Ahmad Saadat, Hassan Salameh, dan Abbas Al-Sayed.

Proses negosiasi tidak langsung tersebut telah dimulai sejak Senin lalu, dan menjadi bagian dari rencana 20 poin yang diusulkan oleh Donald Trump untuk menciptakan gencatan senjata permanen di Gaza.

Dalam rencana tersebut, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya akan membebaskan sandera yang mereka tahan sejak serangan 7 Oktober 2023, yang memicu perang besar di wilayah tersebut.

BACA JUGA:Bendahara Flash Net dan Jambi Vision Ditetapkan Tersangka

Kategori :