Tantangan, Peluang dan Strategi Swasembada Pangan

Senin 25-11-2024,14:51 WIB
Reporter : Risza S Bassar
Editor : Risza S Bassar

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - “There’s enough on this planet for everyone’s needs but not for everyone’s greed.” (Mahatma Gandhi)

Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdananya setelah dilantik sebagai Presiden RI pada tanggal 20 Oktober 2024 di depan Sidang MPR dan DPR RI menekankan bahwa swasembada pangan menjadi salah satu prioritas utama pemerintahannya.

Perwujudan swasembada pangan merupakan bentuk komitmen untuk menjalankan amanah konstitusi dengan penuh tanggung jawab, dan pentingnya kepemimpinan yang tulus dan berorientasi pada kepentingan seluruh rakyat.

Swasembada pangan akan diwujudkan dalam bentuk kemandirian pangan dalam 3-5 tahun ke depan. Presiden menargetkan Indonesia tidak hanya harus mampu memenuhi kebutuhan pangan domestik, tetapi juga menjadi salah satu lumbung pangan dunia.

BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Kena OTT KPK, Mendagri Tito Karnavian Tunjuk Rosjonsyah sebagai Plt Gubernur Bengkulu

BACA JUGA:KPK Sebut Gubenur Bengkulu Pakai Uang Korupsi untuk Tim Sukses Pilkada, Ini Daftar Alirannya

Data menunjukkan bahwa dalam 11 tahun terakhir, Indonesia telah membelanjakan sekitar US$84,8 miliar atau setara Rp1,272 triliun untuk mengimpor beras, susu, bawang, garam, daging dan gula dari pasar internasional.

Dengan kata lain, enam dari sembilan bahan pokok ternyata harus dipasok dari luar negeri.

Ketergantungan impor yang tinggi tidak hanya terjadi untuk beras, tetapi juga impor daging dengan rata-rata rasio nilai impor terhadap total impor bahan pangan selama 11 tahun sekitar 35%, gula (28%), garam (14%) dan susu (13%).

Baru-baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan perkembangan impor komoditas pangan Indonesia seperti gandum dan meslin, gula, dan beras yang tercatat meningkat secara kumulatif dari Januari-Agustus 2024.

BACA JUGA:Berkas Perkara Kasus Video Mesum 'Enak Yank' Dilimpahkan ke Kejati Jambi

BACA JUGA:Bank Jambi Gencarkan Literasi dan Inklusi Keuangan bersama OJK dan BI

Nilai impor gandum dan meslin, gula, serta beras telah menyumbang sekitar 5,07 persen terhadap total impor non migas Indonesia.

Sementara impor gandum dan meslin sepanjang Januari-Agustus 2024 mencapai 8,44 juta ton atau setara dengan US$ 2,56 miliar. Jumlah impor gandum naik sekitar 3,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, impor gula selama 8 bulan pertama di 2024 mencapai 3,38 juta ton setara dengan nilai US$ 2 miliar atau naik sebesar 5,53 persen dibanding tahun sebelumnya. 

Kategori :