JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Beberapa tahun terakhir muncul penemuan-penemuan baru arkeologi di Sumatera.
Tahun 2018 misalnya, ditemukan prasasti Baturaja. Mulanya prasasti ini susah dibaca. Dan baru tahun 2024 ini arkeolog bisa memecahkan kalimat-kalimat yang ada dalam prasasti tersebut.
Prasasti ini penting bagi penelitian mengenai sejarah Sriwijaya dan percandian Sumatera.
Karena prasasti itu menjawab teka-teki di mana lokasi persis Minanga (awal Kerajaan Sriwijaya) yang disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi), yang selama ini dicari lokasinya oleh para arkeolog.
BACA JUGA:Pj Wali Kota Lepas 800 Personil Gabungan Penertiban APK, Disebar Di 6 Titik Dalam Kota Jambi
Juga tahun-tahun ini arkeolog melakukan eksvakasi terhadap situs Bongal, Tapanuli tengah yang diindikasikan sebagai bekas pelabuhan kuno dari abad 7 M- 10 M yang lebih tua dari Barus.
Banyak temuan-temuan, di antaranya koin-koin dari Abasiyah dan manik-manik kaca berlapis emak dan perak Romawi, menunjukkan bahwa situs Pelabuhan Bongal dulunya Pelabuhan internasional yang kosmopolit.
Semua temuan baru ini menambah pemahaman kita mengenai khazanah arkeologi Sumatera dan Sriwijaya
Setelah dua tahun berturut-turut BWCF dalam festival mengangkat soal arkeologi Jawa dan Bali yaitu tema arca Durga dan arca Ganesha, maka tahun ini secara spesial BWCF ingin mengangkat khazanah percandian, arca-arca, prasasti, keramik-keramik, dan pelabuhan-pelabuhan kuno di Sumatera.
BACA JUGA:Tintaku untuk Jambiku, Ayo Coblos Pilkada dan Dapatkan Diskon Servis di AHASS
BACA JUGA:OTT di Bengkulu Terkait Pungutan untuk Pendanaan Pilkada 2024
Pilihan topik Sumatera ini dikarenakan BWCF juga ingin menyambut kebijakan pemerintah melakukan revitalisasi terhadap Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarojambi.
Seperti kita ketahui, selama tiga tahun terakhir para arkeolog melakukan pemugaran terhadap beberapa candi di Muarojambi.
Sebuah museum baru juga akan didirikan di Muarojambi. BWCF ingin membaca ulang secara utuh situs Muarojambi dan juga arkeologi Sumatera.