Perbedaan dan Persamaan Support System dengan Menjadi 'Badut' dalam Hubungan Sosial

Senin 28-10-2024,10:09 WIB
Reporter : Rilect
Editor : Rilect

BACA JUGA:Crystal Palace Amankan Kemenangan Perdana di Liga Inggris dengan Tundukkan Tottenham 1-0

Perbedaan Utama

Dalam support system, dukungan yang diberikan cenderung berbasis pada hubungan timbal balik dan saling menghormati.

Anggota support system memberikan dukungan karena mereka peduli, namun pada saat yang sama, mereka juga bisa menerima dukungan ketika dibutuhkan. Hubungan ini biasanya bersifat sehat, penuh perhatian, dan menghargai batas-batas pribadi.

Sebaliknya, 'menjadi badut' sering kali tidak menghasilkan penghargaan yang sama dari orang yang dihibur.

Orang yang berperan sebagai 'badut' cenderung merasa dimanfaatkan, karena mereka mungkin terjebak dalam pola menghibur tanpa mendapatkan dukungan emosional atau penghargaan yang memadai.

Tujuan dari support system adalah membantu seseorang melewati masa-masa sulit dengan memberikan dukungan yang tulus. Ini bisa berupa mendengarkan, memberi nasihat, atau sekadar hadir di saat yang dibutuhkan.

BACA JUGA:Liverpool Gagal Kembali ke Puncak Setelah Bermain Imbang 2-2 Lawan Arsenal

BACA JUGA:Ketua Koalisi Jumiwan - Maidani Bantu Alat Kesenian Tambur untuk Keluarga Minang Kuamang Kuning

Sebaliknya, ketika seseorang 'menjadi badut', tujuan utama seringkali adalah mendapatkan validasi atau menjaga hubungan, bahkan jika hubungan tersebut tidak sehat.

Alih-alih memberi dukungan secara tulus, 'badut' cenderung merasa perlu terus menghibur atau menyenangkan orang lain untuk diterima, meskipun itu merugikan diri mereka sendiri.

Menjadi bagian dari support system bisa menjadi pengalaman yang memberdayakan bagi kedua belah pihak.

Orang yang memberikan dukungan bisa merasa dihargai, sementara orang yang menerimanya bisa mendapatkan kekuatan dari bantuan tersebut. Hubungan ini memberikan dampak psikologis yang positif.

Sebaliknya, orang yang terus menerus 'menjadi badut' cenderung mengalami kelelahan emosional, merasa tidak dihargai, dan kadang-kadang bahkan mengalami penurunan harga diri. Mereka bisa merasa hampa karena perasaan bahwa usaha mereka tidak berarti bagi orang lain.

BACA JUGA:Strategi Tak Terduga! Bagaimana Timnas U-17 Indonesia Lolos ke Piala Asia di Tengah Momen Aneh Lawan Australia

BACA JUGA:Silaturahmi ke Dusun Bangun Harjo, Masyarakat Kompak Bulatkan Suara Dukung Jumiwan Aguza - Maidani

Kategori :