Oleh: Mochammad Farisi
Penulis merupakan Dosen Hukum Internasional FH UNJA & Ketua Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi (KOPIPEDE) Prov. Jambi
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Istilah “Asian Value” sedang tranding di jagad maya kususnya di X (dulu twitter) setelah beredar cupilkan podcast Total Politik yang membahas politik dinasti.
Lantas apa hubungan Asian Value dengan demokrasi, hak politik dan pemilu?
Istilah Asian Value ini berkaitan dengan hak asasi manusia (HAM), jadi ada dua paradigma besar bila membahas hak asasi manusia, pertama HAM bersifat universal yang dimotori oleh negara-nagara Barat dan Utara, dan kedua HAM juga bersifat relatif atau ada diversitas budaya yang dipercaya oleh negara-negara Timur dan Selatan.
Ketika Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dirumuskan pada 1947, Dewan Eksekutif American Anthropological Association, memperingatkan bahaya bahwa Deklarasi itu akan menjadi ‘suatu pernyataan tentang hak-hak yang hanya dipahami dari sudut nilai-nilai yang berlaku di Eropa dan Amerika’.
BACA JUGA:Polisi Periksa Nakhoda dan ABK Tongkang Batu Bara yang Tabrak Kerambah Ikan Warga Muaro Jambi
BACA JUGA: 9 Kecerdasan Anak yang Harus Diketahui Orang Tua, Agar Orang Tua Bisa Menstimulasi Dengan Maksimal
Dewan menyatakan ‘standar dan nilai adalah relatif terhadap budaya di tempat asal mereka’ dengan demikian bisa saja suatu hak di daerah tertentu dianggap antisosial oleh daerah lain, sampe saat ini belum ditemukan teknik yang secara kualitatif dapat menilai budaya. (Jack Donnely, 1984)
Ide relativisme budaya berakar dari filsafat kaum sophist yang secara umum menyatakan bahwa karakter moral adalah relatif dan dipengaruhi oleh budaya di wilayah masing-masing, termasuk tradisi indigenous, agama, ideologi politik dan ekonomi.
Menurut Rawls hak memiliki “nilai hak” (the worth of rights), sehingga penerapan hak-hak oleh negara tidaklah homogen, konsep hak asasi manusia memang bisa mempunyai kualitas yang objektif, tetapi implementasinya bergantung pada faktor subjektif yang bervariasi yaitu politik dan ekonomi. (Scott Davidson, 1994).
Jadi apa makna Asian Values? Asian Value adalah pemikiran hak politik yang di gagas para pemimpin Asia pada periode 1970-1990an, seperti: Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sebagai identitas politik yang membedakan Timur dan Barat.
BACA JUGA:Edukasi Anak Sejak Dini Tentang Bahaya Penculikan, dan Ajarkan Cara Menghadapi Orang Asing
BACA JUGA:Pink Beach Pulau Komodo, Pantai Dengan Pasirnya yang Kemerahan dan Menakjubkan
Mayoritas negara Barat berfikir kebebasan dan liberal sedangkan negara Timur meyakini prinsip kolektivitas.