JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Membongkar mitos seputar kesehatan mental berarti membantu memutus stigma dan membangun budaya yang mendorong semua orang, berapa pun usianya, untuk mencari bantuan saat membutuhkan. Berikut adalah tujuh mitos yang paling sering beredar mengenai kesehatan mental:
1. Mitos: Orang yang mengalami gangguan kesehatan mental berarti memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
Fakta: Sama seperti penyakit yang berdampak kepada fisik seseorang, gangguan kesehatan mental dapat dialami siapa pun, lepas dari tingkat kecerdasan, kelas sosial, atau pendapatan.
BACA JUGA:Ini Poin Kesepakatan dari Raker ATJ Bersama Kades dan Lurah, Lucky Wijaya: Kami Siap Berkomitmen
BACA JUGA:Soal Stockpile PT SAS, DPRD Kota Jambi: Siapapun Wali Kotanya, Tetap Tolak
2. Mitos: Kesehatan mental hanya perlu diperhatikan oleh orang yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Fakta: Upaya aktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang melakukannya. Hal ini sama halnya dengan upaya menjalani gaya hidup sehat demi mengoptimalkan kesehatan fisik.
3. Mitos: Kesehatan mental bukan isu penting bagi remaja. Suasana hati remaja mudah berubah karena hormon mereka sedang berubah dan perilaku yang mereka tunjukkan adalah tanda mencari perhatian.
Fakta: Suasana hati remaja memang mudah berubah, namun ini tidak berarti mereka tidak menghadapi permasalahan kesehatan mental. Sebanyak 14 persen remaja di seluruh dunia mengalami masalah dengan kesehatan mentalnya. Di dunia, tindakan bunuh diri adalah penyebab kematian kelima tertinggi pada remaja usia 10-15 tahun dan keempat tertinggi pada remaja usia 15-19 tahun. Separuh dari seluruh kasus gangguan kesehatan mental mulai terjadi pada saat remaja berusia 14 tahun.
4. Mitos: Tidak ada yang bisa dilakukan untuk melindungi seseorang agar tidak mengalami gangguan kesehatan mental.
Fakta: Ada banyak faktor yang dapat melindungi seseorang dari gangguan kesehatan mental, misalnya menguatkan keterampilan sosial dan emosionalnya, pencarian bantuan dan dukungan sejak dini, membangun hubungan keluarga yang suportif, penuh kasih sayang, dan hangat; membina lingkungan sekolah yang sehat, dan menjaga pola tidur yang sehat. Kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan juga bergantung pada sejumlah faktor pelindung.
Masalah kesehatan mental tidak dapat disebut disebabkan oleh hanya satu masalah di lingkungan sekitar seseorang ataupun satu stresor. Kemampuan anak dan remaja dalam menghadapi masalah biasanya ditunjang oleh faktor biologis dan hubungan baiknya dengan keluarga, teman, dan orang dewasa lain yang suportif.
Semua hal ini membentuk faktor pelindung yang mendukung kesejahteraan mental anak dan remaja.
BACA JUGA:Gelar Temu Responden 2023, Bank Indonesia Jambi Beri Apresiasi pada Responden Terbaik
BACA JUGA:4 Shio yang Suka Menolong dan Paling Pengertian, Hatinya Baik Banget