Simak Gejala Obesitas pada Anak, Hati-hati Rentan Banyak Penyakit

Minggu 11-09-2022,09:29 WIB
Editor : Gita Savana

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Anak yang tembem atau gendut mungkin terlihat lucu dan menggemaskan. 

Tapi hati-hati bun, perhatikan gejala berikut dan cegah obesitas pada anak agar tidak terjadi komplikasi.  
 
Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Winra Pratita mengatakan, gejala klinis pada anak obesitas dilihat dari wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, pada leher tampak pendek, terdapat acanthosis nigricans (bercak kehitaman di belakang leher).
 
Kemudian pada dadanya terlihat membusung dengan payudara membesar dan napas berbunyi (mengi). Pada perut terlihat membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat. 
 
BACA JUGA:Sidak Jalan Kecamatan Rimbo Ilir, Pj Bupati Tebo Aspan Minta PT SMS Lakukan Perawatan Jalan 
 
BACA JUGA:Gerindra Bocorkan Nama Cawapres Dampingi Prabowo Subianto di Pemilu 2024
 
''Pada ekstremitas sering juga tungkai berbentuk X akibat kenaikan berat badan yang sangat berlebihan dalam waktu yang singkat. Kemudian gerakan panggul terbatas, dan pada sistem reproduksi laki-laki penis tampak kecil,'' katanya sebagaimana dilansir dari Kementrian Kesehatan.
 
Namun untuk pemeriksaan lebih tepatnya diperlukan pemeriksaan antropometri mencakup berat badan, panjang badan atau tinggi badan indeks massa tubuh.
 
Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas pada anak rentan terjadi berbagai penyakit yang sulit dikelola.
 
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. 
 
BACA JUGA:Cek Proyek Drainase Pasar Tanjung Bajure Sungai Penuh, Dewan Minta Kontraktor Perhatikan Keluhan Masyarakat 
 
BACA JUGA:Waketum Gerindra Pastikan Prabowo Capres 2024 : Tak Ada Nama Lain
 
Selain gejala klinis, obesitas pada anak bisa menyebabkan komplikasi mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dari kepala sang anak kemungkinan cepat depresi, dan percaya diri rendah akibat obesitas.
 
Kemudian di bagian paru-paru, anak kemungkinan bisa mengalami asma atau sleep apnea pada saat tidur. 
 
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama beberapa kali. Hal ini bisa ditandai dengan mengorok saat tidur.
 
Di bagian jantung, kemungkinan bisa terjadi kelainan jantung, atau kolesterolnya tinggi, atau bisa juga peningkatan tekanan darah. Pada bagian hati, terjadi perlemakan, dan pada perut anak bisa mengalami gerd. 
 
BACA JUGA:Waketum Gerindra Pastikan Prabowo Capres 2024 : Tak Ada Nama Lain 
 
BACA JUGA:1000 Tahun
 
Selanjutnya pada pankreas bisa beresiko diabetes tipe 2. Pada lutut bisa terjadi artritis atau nyeri pada sendi. "Dan bisa juga kakinya bengkok akibat penimbunan berat badan yang sangat masif dalam waktu yang sangat singkat. Tak hanya itu, bagian reproduksinya biasanya kalau anak perempuan bisa jadi menstruasinya tidak teratur atau mungkin lebih cepat daripada kawan-kawannya. Itu yang harus kita hindari," tutur dr. Winra.
 
Untuk pencegahannya, lanjut dr. Winra, pada bayi 0-12 bulan ibu didorong memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, kemudian anak diberikan MPASI dengan cara yang benar. Orang tua didorong untuk menawarkan makanan baru secara berulang untuk menghindari minuman manis.
 
Pada bayi 12 24 bulan ibu harus menghindarkan anak dari minuman manis, hindari konsumsi jus dan kental manis yang berlebihan. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan makan bersama di meja makan kemudian televisi dimatikan selama proses makan.
 
"Yang harus diperhatikan, orang tua tidak boleh membatasi jumlah makan tapi memastikan bahwa makanan yang tersedia sehat serta disertai buah dan sayuran. Makanan selingan hanya diberikan sebanyak 2 kali dan hanya menawarkan air putih bila haus bukan minuman manis," ucap dr. Winra. 
 
BACA JUGA:Pantau Kondisi Cabai di Jambi, Kapolda Jambi Kunjungi Petani di Desa Maju Jaya, Kabupaten Muaro Jambi 
 
BACA JUGA:Pimpin PD TIDAR Jambi, Rengga Patria: Mari Kolaborasi Bersama
 
Selanjutnya, anak tidak boleh diberikan makanan berkalori tinggi sebagai cemilan, anak juga harus mempunyai kesempatan aktif secara fisik untuk bermain di luar rumah. Batasi nonton TV, tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak, lalu orang tua juga harus menjadi model percontohan untuk selektif dalam menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak.
 
"Hargai selera makan anak, jadi anak harus diberi makanan sesuai rasa lapar dan rasa kenyang anak. Tidak memaksakan harus habis satu porsi," ucapnya.*
 
Artikel ini juga tayang di Disway.id, dengan judul Hati-hati Bun! Obesitas pada Anak Rentan Banyak Penyakit
 
 
 
 
 
Kategori :