JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Saat ini masyarakat masih merasakan pilu, karena murahnya harga sawit petani. Berbanding terbalik dengan harga sawit yang dikeluarkan oleh Pemprov Jambi yang kini mencapai Rp1.634,41 per kilogram, sementara harga sawit di petani hanya Rp900 per kilogram.
Ini pun membuat masyarakat gelisah dengan harga sawit yang tak kunjung di atas Rp 1.000 per kilogram.
Masyarakat menilai, harga sawit yang dikeluarkan oleh pemerintah tak bisa memberikan solusi.
Murahnya harga sawit di petani, seolah tak mampu dipecahkan. Sehingga petani hanya bisa bersabar dengan murahnya harga sawit. “Harga sawit murah nian, dak kuat lagi kami nak mupuknyo,” kata Sukini (46) petani sawit di Tembesi, Kabupaten Batanghari.
BACA JUGA:Facebook dan Twitter Ambil Langkah Tegas Terkait Insiden Penembakan Shinzo Abe
BACA JUGA:Mengecilkan Perut Buncit, Konsumsi Makanan Ini, Nomor 4 Paling Murah
Dia mengatakan harga sawit di tempatnya tinggal Rp900 per kilogramnya. Ini tak mencukupi kebutuhan dari sawit sendiri. “Pemerintah jugo dak ado respon, nyatonyo sampe sekarang sawit masih murah,” tambahnya.
Meski Sukini tinggal jauh dari pusat kota, dia mempertanyakan sebab murahnya harga sawit. “Padahal ekspor lah boleh, tapi ngapo masih murah,” sebutnya.
Begitu juga dengan petani sawit di Mendahara Tengah, Kabupaten Tanjab Timur yang juga merasakan hal sama. Sidik (29) namanya, kata dia sawit di tempatnya lebih murah hanya Rp600 per kilogram.
“Sawit kayak dak berhargo lagi, jadi banyak orang yang malas mau panen sawit, jadi dibiarin bae,” kata Sidik.
BACA JUGA:Jual Rumah Rp 12 Miliar,Ini Alasan Nikita Mirzani
BACA JUGA:Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani Diusung Sebagai Ketua IPHI Provinsi Jambi Tahun 2023
Menurutnya, harga sawit di Tanjab Timur ini tidak stabil. “Apo dio, sawit harganya turun Rp200, terus naiknya cuma Rp100 per kilogram,” sebutnya.
Terkait hal ini, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agusrizal juga belum bisa memberikan solusi terbaik untuk masyarakat saat ini. Dia juga mengakui, sawit petani jauh lebih murah dibanding sawit yang bekerjasama dengan perusahaan atau bermitra.
“Kami tidak bisa intervensi perusahaan untuk membeli harga sawit petani dengan harga normal supaya tetap tinggi. Karena petani tak bermitra dengan perusahaan,” kata dia.